Title : Rindu Rangkulan
Cast : Morimoto Shintaro, Okamoto Keito and Morimoto Shintaro
Author : Suci Rahayu
Narrator : Morimoto Ryutaro
Disclaimer : I just own the plot
Genre : pairing, one-shot, friendship.
Aku merindukan tangan yang selalu merangkul pundakku, aku menginginkan itu kembali. Tapi 2 tahun sudah cukup untuk menghilangkan harapanku.
---
Aku tak pernah menyangka bahwa 2 tahun akan terasa lama dalam hidupku. 2 tahun dulu dan sekarang begitu berbeda, 2 tahun disisinya, dalam rangkulannya, dengan semua suara memuja, terasa begitu cepat berlalu. 2 tahun dalam kesendirian, keadaan yang terabaikan dan suara-suara memanggil kembali yang tak bisa kujawab, bahkan untuk sekedar menoleh. Tapi suara memanggil yang kuinginkan sebenarnya hanyalah suaranya, walaupun sampai sekarang tak kunjung kudengar. Apa kau mengabaikanku? Aku menunggumu merindukanku..apa 2 tahun tak cukup lama bagimu? Atau kau memang benar-benar telah mengabaikanku?. Nee, Keito..
---
Kubuka malas majalah diruang tengah. Hanya membuka-bukanya tanpa memperhatikan isinya. Jariku berhenti dengan ngilu pada suatu halaman, disusul rasa sesak tiba-tiba memenuhi dada.
“9, huh? Kau terlihat tidak keberatan soal itu dan okajima-okajima-an mu itu”. Gumamku
Rasa sakit itu masih menderu. Ibarat peluru yang menembus lebih dalam ke inti hidupku, tidak ada darah, tapi meninggalkan lebam biru yang kian menghitam. Mereka tak pernah mengungkiku lagi, di interview, atau dimanapun. Mereka tidak terlihat kehilanganku sejak saat itu. Tak peduli atau sudah lupa, aku tak tau yang mana.
“Kalau disitu cuma ada fotoku. Kalau mau lihat fotomu..ada dimajalah ini”. Kata adikku sambil membanting majalah kusut kedepanku.
“Apa masalahmu, Shintaro..!!”. Bentakku marah. Seperti biasa, dia tak akan menggubris dan hanya berlenggang santai kembali kekamarnya. Dia selalu membuatku marah.
Majalah itu. Kupungut perlahan. Aku tak paham mengapa aku masih menyimpannya walaupun aku tak pernah sanggup kembali melihat diriku sendiri dengan berita yang menghancurkan itu.
Aku ingat benar bagaimana Yuya membanting majalah itu kedepanku saat aku dan Keito sedang bermain PS. Persis seperti yang barusan Shintaro lakukan.
Semua berkerumun melihat isi majalah itu, yang isinya sangat membungkam mereka.
“Majalah ini tidak terlihat bohong, Ryuu. Tapi aku sangat berharap ini bohong”. Ujar Chinen polos.
Aku menggeleng, lalu hanya bisa tertunduk. Mereka semua memarahiku, sebagai si bungsu yang tak tau diri melakukan sesuatu seenanknya tanpa memikirkan yang lain, dan si kecil sok dewasa yang melakukan hal konyol. Memang salahku, karena itulah aku tak melayangkan bantahan sama sekali. Sekarang aku ingat kenapa aku menyimpan majalah itu, agar kejadian ini dapat menamparku setiap saat.
Paling menyakitkan saat mengingat bagaimana sang ayah JUMP menepuk pundakku dengan suara bergetar berkata “Bersiaplah untuk segala hal, berjuanglah atas apapun yang akan kau jalani”. Sementara aku dapat melihat Inoo terisak dan member lain memasang muka masam.
Hanya orang itu yang diam. Tak satupun kata keluar kecuali guratan kecewa dan takut di ujung matanya. Keito samasekali tak memandang kearahku, bakan ia tak membaca majalah itu. Maaf, semua rasa bersalahku karena mengecewakanmu.
“Teme..!!” Teriakku. Tak tahan lagi, kurobek halaman yang menampakan si bodoh aku sedang merokok. Kuremas gemas dan frustasi.
Aku keluar begitu saja setelah sebelumnya menyambar jaket hoodie dan scarf ku.
“Nii-san, kau mau kemana? Apa kau marah padaku? Nii-san maafkan aku..nii-san”. Shintaro memanggil dari kejauhan, aku tau dia masih mengkhawatirkanku walau sering membuatku marah. Tapi aku memilih untuk tak menoleh, mengencangkan hoodieku dan menaikan scarfku, memastikan penyamaranku sempurna.
Langkahku besar dan cepat, jantung yang marah ini yang memacu darahku mengalir lebih cepat dan lebih panas. Otakku sedang tak bekerja, aku tak tau lagi kemana atau dimana aku berpijak sekarang ini.
Deg! aku terkaget saat kurasakan pundakku ditepuk oleh seseorang, cukup keras, lebih seperti meremas. Membuatku spontan memutar tubuhku untuk melihat orang itu.
Kupikir itu Shintaro.
Tiba-tiba tubuhku merasakan kehangatan luar biasa yang pernah kukenal. Lengan-lengan yang memelukku erat, bahu ternyaman untuk bersandar. Aroma tubuh yang menenangkan. Siapa? Apa itu kau?. Tolong, aku tak berani menebak.
“Ryuu..aku sangat merindukanmu”
Tak sadar air mataku menetes mengotori bajunya. Aku masih tak berani menerka, tapi kehangatan seperti ini hanyalah milik orang itu. Kurasakan tulang dalam tubuhku seperti meleleh tiba-tiba. Menggigil ketakutan ditengah lengan-lengan kuat yang melingkat ketubuhku.
“Hey, kau benar-benar Ryuu,kan? Kau kurusan ya? Katakanlah sesuatu”. Lengan itu melepaskan pelukannya untuk melihat wajahku lebih jelas, membuka hoodieku dan menurunkan scarfku. Sehingga kami lebih jelas melihat satu sama lain.
Jangan katakana apa-apa. Tolong peluk aku lagi.
Dia memanggil namaku sekali lagi, dengan nada tak percaya dan suara yang hampir menangis. Kurasakan tangannya memenuhi pipiku. Jari-jarinya aktif bergerak menyapu air mataku yang kian deras.
“Ke..Keito-kun”
Dia lalu memelukku lebih erat lagi.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar