Jumat, 08 Maret 2013

[Hey Say Jump Fan-Fiction] : Virgo’s Blood (Middle Part)

Title : Virgo’s Blood (Middle Part)
Cast : Hey Say JUMP
Genre : Drama, Supernatural, Boys-love, Multi Chapter
Warning : Ero Scene, Gore, Adult content, NC-13
Author : Suci Rahayu
Disclaimer : I just own the plot



A Man with Scar

Sebuah ruangan kosong yang luas. Walaupun ditengah-tengahnya terdapat akuarium dengan ikan-ikan kecil nan lucu, tetap saja terlihat janggal untuk menaruh sebuah hiasan seperti akuarium ditengah ruangan. Sementara diujung ruangan terdapat tumpukan-tumpukan berkas dan kertas yang menggunung rapi, diujung yang lainnya terdapat meja lengkap dengan kursi berputar yang terlihat nyaman, disandarannya tersampir mantel coklat kesayangan Inspektur. Disudut dekat jendela, terdapat akuarium ikan lain yang lebih kecil, tampaknya ia begitu menyukai lucunya ikan-ikan yang berenang dan tak tidur. Ikan bukan binatang yang ‘beristirahat’, seperti Inspektur yang tak kenal istirahat sebelum kasus yang ia tangani selesai.

Disudut dekat jendela itu Inspektur berdiri, memandangi gerakan gemulai ikan-ikannya sembari menjernihkan pikiran. Dia harus menjernihkan pikiran. Menenangkan diri setelah percekcokan ini-itu antara dirinya dan rekan kerjanya. Dirinya tak menduga bahwa suatu saat, pada suatu titik dalam karirnya Yuto akan setidak percaya ini padanya. Yuto bereaksi seolah dia bukan orang yang telah bertahun-tahun bekerja bersamanya. Apa mau dikata, ke-awam-an Yuto tak cukup meyakinkan cerita sang Inspektur.

Bukankah wajar jika orang yang belum melihat sendiri akan sulit percaya?. Apalagi jika tiba-tiba seorang inspektur mahsyur seperti Okamoto dalam kasus sepenting ini mengatakan hal tak masuk akal seperti yang mereka hadapi adalah vampire, dan meminta Yuto mencari seorang laki-laki yang beberapa tahun lalu ditemukan hampir meninggal di apartmentnya dengan bekas cakaran dan cabikan di seluruh badan hingga muka, lelaki yang menurut inspektur mengetahui sesuatu dan akan mempermudah strategi. Laki-laki yang menurut Yuto, tidak ada hubungannya dengan semua ini. Lelaki itu tinggal jauh dari kota, tinggal sendirian dipinggiran hutan, bagaimana mungkin semua ini ada hubungannya dengan kasus penculikan yang terjadi hanya beberapa minggu yang lalu?. Bukankah wajar jika Yuto meragukan analisa Inspektur?.

“Inspektur..”.

Bingung, dengan sedikit lega yang bercampur. Inspektur Okamoto tertegun saat melihat Yuto tiba-tiba muncul didepannya.

“Officer ?”.

“Aku membawakan apa yang kau minta”.

Makin kaget ia saat seseorang memasuki ruangannya. Seseorang dengan luka cakar diwajah, tentu saja itu luka yang nampak saja, sisanya ada dibagian yang tertutupi baju. Lebih parah dan mengerikan, walaupun hanya bekas luka yang sudah bertahun-tahun.

“Terimakasih telah mempercayaiku, officer”

“Jangan salah sangka. Aku masih belum mempercayaimu, Aku INGIN mempercayaimu. Dan aku juga ingin memahami jalan pikiranmu, memastikan kau tidak gila, eh? Inspektur?. Saat kau terbukti salah, aku siap menggantikan jabatanmu”.

“well, kuterima tantanganmu. Sekali lagi terimakasih, untuk berusaha mempercayaiku”.

Lelaki dengan bekas luka itu tak tampak kebingungan sama sekali tiba-tiba dibawa menemui seorang inspektur seperti ini. Dia dengan mantap membalas jabatan tangan Inspektur Okamoto dan memandang tepat pada kedua onyx Inspektur.

“Melihat bekas lukamu, kau jelas tau sesuatu, Tuan…”

“Hikaru Yaotome. Dan kau jelas tau banyak, Inspektur Okamoto”.

Inspektur mempersilahkan Hikaru menceritakan kronologi masa lalu bagaimana dia bisa mendapatkan luka seperti itu. Bukan binatang buas, sangat jelas bukan itu. Lagipula, dia ditemukan nyaris mati di sebuah apartment ditengah kota, binatang buas macam apa yang dapat seenaknya masuk apartment seseorang tanpa diketahui?. Dan menyerang manusia sampai terluka parah seperti itu?. Apa? Yang cukup kecil untuk memasuki jendela apartment namun juga cukup besar untuk hampir membunuh orang?. Kelelawar vampire ?. Bukan kelelawar, hanya vampire. Mereka bahkan tak butuh lubang sebesar jendela, ah..mereka bahkan tak butuh lubang sekecil lubang kunci.

Beberapa tahun lalu tetangga apartment Hikaru menemukan dirinya tergeletak tak berdaya didekat pintu. Sangat beruntung seseorang mencurigai cipratan darah dijendela yang dapat terlihat dari luar, lalu mendobrak masuk. Hikaru ditemukan nyaris mati dengan luka mengerikan . Semalam sebelumnya ia sedang bersama teman sekamarnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun temannya yang ke-19, dengan kue buatannya dan lilin-lilin kecil yang tertancap rapi diatasnya. Kesenangan yang berubah kepanikan saat tiba-tiba badan temannya melemah tak wajar, kulitnya memucat dengan suhu badan sedingin es, terus-terusan mengerang kesakitan dan mengeluh jantungnya seperti ditusuk-tusuk. Bingung dan panik, dia hanya memeluk temannya erat diatas paru-parunya, pasrah saat tangannya digenggam erat hingga kuku-kuku melukai tangannya, dan miris saat namanya terus dipanggil-panggil tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.

Dia makin memeluk temannya erat-erat saat angin aneh mulai menyelimuti, hawa dingin menyeruak diseluruh ruangan. Untuk sejenak, dia berfikir Dewa Kematian datang untuk mencabut nyawa temannya. Yang benar saja, dewa kematian, cih. Kaget setengah mati, saat sesosok pria pucat datang dihadapannya, mendorongnya hingga terpental ke dinding, lalu merebut temannya dari pelukannya. Setengah mati ia melawan saat vampire itu menerkam leher temannya dan mendengar temannya mengerang kesakitan di dekapan sosok misterius vampire. Semua sudah ia lakukan hingga ia mendapatkan luka seperti itu, tak sadarkan diri. Hingga saat ia terbangun, ia tak pernah lagi bertemu dengan temannya. Hingga sekarang.

Officer Yuto sudah mendengar semua cerita pria ini. Reaksinya seperti “Makhluk seperti itu benar-benar ada?”. Tentu saja, dan mereka benar-benar bersembunyi, sehingga kita tak pernah melihat mereka, tapi mereka melihatmu. Hati-hati.

“Ulang tahun ke-19, darah mendingin, jantung sakit..hmm. Tuan Hikaru, kuberi tahu kau sesuatu..”. Inspektur member jeda yang dramatis. “Temanmu masih hidup”.

“Benarkah? Inoo?..”

“Dia, temanmu yang sekarang ini adalah setengah vampire. Dia tidak mati, mereka membawanya” Ujar Inspektur tanpa memberi nada kejut “Kalau aku bisa mempertemukan kau dengannya lagi, apa kau bersedia membantu kami? Sebenarnya kau sendiri yang akan menjemputnya pulang, berhasil tidaknya itu tergantung padamu”

"Tentu saja..!! bukankah ini lebih terlihat seperti kau membantuku daripada sebaliknya?"

Inspektur menghela nafas puas.

“Officer, tolong antarkan Tuan Hikaru ke kamarnya, kita akan bekerja siang-siang sekali”. Inspektur Okamoto tersenyum simpul. Senyuman puas, seolah dia sudah tau bahwa dia akan memenangkan kasus ini. Seperti biasanya. “Tak kusangka menemukan Tuan Hikaru sungguh akan sangat membantu. Dia seperti umpan untuk memancing umpan lain.”
---

Reunion

“Hei, Virgo..penderitaan hidup apa yang membuat darahmu semanis ini?”. Daiki, pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari berencana untuk terbit, dia sudah harus bangun, menutup semua tirai dirumah itu, memastikan tak ada cahaya matahari yang dapat menyusup masuk, menjaga peti-peti para tuannya yang sedang tidur siang.
Dia cukup senang, kurasa. Setelah beberapa minggu ini dia punya teman ngobrol. Walaupun sebenarnya Inoo si setengah vampire cukup sering bangun siang untuk memenuhi kebutuhan setengah manusianya, makan dan sinar matahari. Tetapi ada sesuatu yang membuat ia tak terlalu cocok dengan Inoo.

“Pahit seperti kau merasa mati itu lebih baik, mungkin. Atau menyesal karena telah dilahirkan”.

“Cih, seberapapun orang-orang diluar sana membencimu, para vampire menyukaimu. Lihat aku, dunia bahkan tak tau aku ada, para vampire menganggapku budak. Apa kau pernah merasa seperti kau hanya cemilan untuk dunia ini?”

“Cemilan untuk dunia ini?, Kemarin malam aku baru saja menjadi cemilan untuk para vampire. Rasanya sakit sampai kejantung. Menjadi cemilan untuk dunia pasti sangat berat”.

Daiki mengangkat satu alisnya. Sejenak ia berfikir, bukankah Virgo ini sangat polos?, atau sangat bodoh?. Atau sangat baik?. Dia terus memandangi badan si Virgo yang diikat semacam tali merah yang melilit disekujur tubuhnya, matanyapun ditutup.

“Sudah waktunya makan. Aku akan menyuapimu, tolong jangan menolak, nanti aku bisa dimarahi Tuan Yuya, nanti aku ditampar lagi. Kau akan menolongku kan?”. Dia mengenggam lembut tangan si Virgo. Chinen hanya mengangguk perlahan. “Baiklah, aku akan memanggil Tuan Inoo, dia juga akan makan bersama kita. Virgo, setengah vampire, budak..bukankah keberadaanku disini begitu rendah?.”

Daiki melenggang menyiapkan makanan untuk 3 anak manusia. Oh bukan, 2 setengah anak manusia, bukan 3, maaf. Sudah 2 hari Inoo belum benar-benar makan, dia hanya terus-terusan mendapat suntikan darah dari Yabu. Makan melalui leher. Itu seperti infus, mendapat asupan tanpa merasakan apapun dimulutmu,bukankah itu menyiksa?. Lidahnya pasti rindu rasa gurih, manis, atau apapun yang dapat menggoyang lidahnya, tak heran lahap sekali ia menyantap roti dan tuna yang dibeli Daiki tadi pagi. Begitupula si Virgo, dia menyantap lahap setiap roti yang disuapkan Daiki, sejurus kemudian ia meminta dilepaskan penutup matanya, retinanya butuh cahaya, kulitnya juga, dia pasti kedinginan 3 minggu disarang vampire yang gelap tanpa baju. Juga dengan keadaannya yang terikat, badannya pasti mulai pegal.

“Hei, bisakah kau juga melepaskan ikatanku? Aku tak akan kabur, aku janji, aku terlalu lemah untuk itu. Aku hanya ingin melakukan peregangan sebentar, aku juga ingin menggaruk beberapa bagian badanku, bekas gigitan vampire-vampire itu terasa gatal, gatal sekali”

“Sudah cukup dengan membuka penutup mata. Tali itu hanya bisa dilepaskan oleh salah satu dari mereka, itu terhubung dengan jantungmu. Kau bisa mati jika dilepas paksa”.

Chinen berhenti memohon.

“Inoo..! Inoo..!! keluarlah, aku tau kau disana, kau bisa mendengarku..Inoo…!!”. Suara itu mengagetkan 2 setengah anak manusia itu. Terutama Inoo yang merasa namanya dipanggil.

Tak ada yang mengerti kenapa ada manusia yang mengenal Inoo?. Inoo tak merasa pernah keluar selain untuk mencicipi sedikit cahaya matahari dan tak pernah berkomunikasi dengan manusia manapun. Sudah sejak lama sekali saat ia terakhir berbicara dengan manusia. Dia perlahan berjalan mendekati jendela, kepalanya melongok-longok kebawah memastikan prasangkanya yang baik dan buruk.

"Demi Tuhan..Dia?"

Ingin melompat saja dari jendela rasanya saat ia mendapati suara yang sedari tadi memanggil. Prasangka baiknya benar, yang buruk juga benar. Tanpa menghiraukan suara Daiki, ia tergopoh-gopoh menuruni tangga, lari menuju pintu lalu amblas dari pandangan Daiki.

“Hikaru..!!”. Inoo menubruk tubuh lelaki itu, lalu memeluknya dengan erat, seperti ia akan mati jika melepaskannya. “Bagaimana mungkin? Aku kira kau sudah..”.

Pelukan itu begitu erat, seolah jantung mereka mendengar detak satu sama lain. Pertemuan kembali yang disertai isakan terharu, setelah semua kalimat rindu karena lama tak bertemu, apalagi keduanya saling mengira kalau mereka telah dipisahkan kematian. Tak ada kata terdengar lagi, hanya entah siapa yang mulai, atau sejak kapan. Bibir mereka bertautan. Cukup lama, seakan diingatkan kembali rasanya yang mereka hampir lupa.

“Bagaimana kau bisa sekurus ini?. Hikaru, kau harus berhenti selalu lupa makan saat aku tak ada untuk mengingatkanmu..! Dan lukamu, itu pasti sakit sekali..Hikaru..”

“Ikutlah denganku, aku janji tak akan lama”. Potong Hikaru. Tentu saja itu membuat Inoo kaget tak karuan.

“Tapi aku..”

“Inoo, kumohon”

Inspektur Okamoto dan Officer Nakajima hanya memandangi dari kejauhan, dibawah pohon kenari yang rindang. Tersenyum menang lebih dari sebelumnya, menyusun rencana selanjutnya. Sementara sang officer kebingungan.

“Aku tak paham, jika memang itu sarang mereka, bukankah pasti Chinen didalam? Kenapa tak langsung saja mengambil Chinen?”

“Manusia tak memasuki sarang Vampire, Yuto. Mereka yang akan memenuhi undangan kita. Bungkus setengah vampire itu, aku mau membawanya pulang”.

Yuto menyipitkan matanya, masih tak paham dengan semua ini, tapi masih berusaha memahaminya. Ia akan mendukung semua yang dilakukan Inspektur, ia yakin inspektur punya rencana besar. Bahkan saat Inspektur diam, diam juga ia yakini sebagai rencana yang besar.

"Tak kusangka akan jadi semudah ini". Gumamnya seolah bangga dengan dirinya sendiri.

*TBC*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar