I'm sure that Keito-kun has his own place on his heart for fans. There is a place for Kazumi-san, there is a place for fans.
Yeah, minna..
uh.oh ..uhm...how should I say it.
Today, Keito-kun breaks so many girls heart all over the world.
It hurt I know, it is not just happen to you, it happen to all the girl who give their heart to Keito.
They say that the picture taken from Friday Magazine, so it can be confirmed as a strong rumor (by means, it is true that it is Keito-kun and Kasumi-san), though there is no official statement or confirmation about it from Jhonny's or Keito-kun himself.
But I know you feel it. when the very first I saw this photo, I yelled "this is Keito-kun, with no doubt! I know those eyes!!" though the size of it photo was really small, my eyes waver and I get really shocked when I zoom it. I burst in tears, my hand get cold, I can't stop saying "Keito-kun...why? no..no..it can't be..no..why?".
About Arimura Kasumi, if you don't have enough energy to google it, I will share some information.
She is an actress, 3 months older than Keito-kun, she was born in 13 February 1993, she is about 159 cm.
(you know what's the funny part? I also born in February, 1994 though, and I'm 159 cm! but of course here are a lot of differences, she is prettier. You can tell by looking).
here we go..the picture I took from Facebook Fan Page "Okamoto Keito ga Daisuki"
Brace yourself, brace your heart, it will be hurt, a lot!
They are cute together, I know! I just can be able to make a fake smile or fake happy comment for now on. But yes, they are cute together *bangs head on wall*
He did mention Kasumi on his interview, Popolo : September (if I get my memory right). He said that he likes a girl wearing white kimono with pink flower on it, well, Kasumi-san has it. There are several photo proofing that Keito did mention his answer based on Kasumi-san, but I can't share it here. I'm sorry. I don't have enough energy to do that.
about his answer on latest interview for "ideal kiss situation" where he won the first place with his "A Kiss at the Night Scenery", I wonder if it is also his experience with Kasumi-san. :(
I wonder if Kasumi san is the one who asks Keito-kun to dye his hair black and make Keito-kun become more attractive. He exactly looks more confidence, right?! So Kazumi-san, we have same interest! hahaha *high five*
if his sudden change is caused by Kasumi-san, Then kasumi-san must be a good girl for him. so...ah yet, it still hurt.
Just yesterday, I had a chat with my friend. Wondering why Keito-kun seems more happy and attractive lately. I found something different on his eyes, it exactly brighter that usual. I said "It seems that Keito-kun already found someone he loves, right. It will be sad". And look what happen right now!
see, Keito-kun. Your fans know you so well :D
***
I try to calm down for now. I am fans of Keito, the big one. He is my ichiban. I do love him with all of my heart, I do cry. But Keito-kun seems happy with her, so I guess I will try to respect it though it hurt a lot.
it is also his right to have a relationship with whoever he wants, he is not belongs to fans, right? it is Fans's heart belong to Keito-kun. (laugh)
if she is a good girl, then it is okay.
just please, take care of him.
Since it is not confirmed yet, I gonna buy a dozen box of tissue.
***
Moreover, I just think about his career. It is okay for Jhonny's to have their idol in relationship? it is just scary me so much that something bad will happen to Keito-kun.
I won't replace him from the ichiban place, for any condition!.
Supporting him is more like earth-heaven. I will keep supporting him from here with all of my broken heart.
It feels that I want to stop writing fan-fiction or everything related on him at first, but, I just can bear it. Those eyes..geez! For God's sake..they speak to me "You can't stop loving me"
***
I wonder what if Keito-kun googling his rumor, and he will find this! or any other sad comment about it. With a heart that pure he has, I think he will feel so sad as well.
We don't want to make him sad.
I'm sure that Keito-kun has his own place on his heart for fans. There is a place for Kasumi-san, there is a place for fans. He still Keito-kun who will say "loving you as always".
***
Let's cry together, but I charge you to be strong. That would be honor if we can stay calm.
Do you know why Keito-kun put so many words 'Hero' in his song? Because a hero is too strong to give up! So there is no reason you giving up your dreams and journey to become Mrs. Okamoto! there is still a chance, look! can you see!? yeah, it is blur !
***
We can't hate Kazumi-san for this reason, right? I hate the rumor, but don't hate Kazumi-san or else,,,Keito-kun will hate you XD.
again, if she is a good girl, can take care Keito-kun, and Keito-kun really like her..so it should be okay
darn it! it is really hard to say such a words!!!!!! aaaaaaaaah....somebody.....!!! help me....!! I can't stand with my own two foot...~
Okamoto Keito No Eyes
Those Dangerous Awkward Eyes
Kamis, 01 Agustus 2013
Sabtu, 08 Juni 2013
FAN-FICTION [OKA-YAMA] : "WALLPAPER"
TITLE : WALLPAPER
AUTHOR : SUCI RAHAYU
GENRE : Multi Chapter, Friendship
Disclaimer : Plot is mine
A/N : terinspirasi dari interview Duet : [duet1307]
AUTHOR : SUCI RAHAYU
GENRE : Multi Chapter, Friendship
Disclaimer : Plot is mine
A/N : terinspirasi dari interview Duet : [duet1307]
wallpaper handphone keito adalah foto dia bareng yamada
mereka foto berdua sebelum konser di tokyo dome kemarin.
Keito minta kita untuk merahasiakannya soalnya klo yama tau, pasti yama bakal bilang "cepat ganti" LOL (source : Ayano Tezuka on Facebook)
mereka foto berdua sebelum konser di tokyo dome kemarin.
Keito minta kita untuk merahasiakannya soalnya klo yama tau, pasti yama bakal bilang "cepat ganti" LOL (source : Ayano Tezuka on Facebook)
Ruang ganti, seperti biasa JUMP selalu ditempatkan dalam satu ruangan gani. Mereka justru akan protes jika ruangan ganti mereka dipisah, katanya itu akan terasa sepi. Mereka lebih memilih untuk bersempit-sempit namun semuanya lengkap berkumpul ada disitu.
Konser baru saja selesai, sekarang mereka bercandaan satu sama lain seperti orang bodoh, bukannya beristirahat namun mereka malah menghabiskan sisa tenaga mereka untuk saling bercanda. Seperti Yamada dan Keito yang terlihat asik sendiri dipojokan sana saling memperebutkan sesuatu.
"Berikan padaku, cepat, sini!"
"hey, apa? ini kan ponselku, Yama-chan". Balas Keito dengan tawa usil diwajahnya sambil terus menyembunyikan tangan kanannya yang sedang menggenngam ponsel dibelakang punggungnya sementara tangan satunya menghalang-halangi Yamada.
"Kalau begitu gantai wallpapernya sekarang"
"kenapa? ini kan punyaku. Kenapa kau hanya marah padaku? Yuto dan Chinen juga memasang fotomu sebagai wallpaper"
"Kalau mereka sih tidak apa-apa"
Celetukan Yamada barusan membuat semuanya tertawa terbahak. Yamada masih merasa terganggu dengan ulah Keito yang memasang fotonya berduaan sebelum konser di Tokyo Dome waktu itu sebagai wallpaper ponselnya. Tidak ada yang salah dengan fotonya, Yamada terlihat tampan seperti biasa, foto mereka juga normal-normal saja, tapi entah kenapa yamada tetap ingin Keito menggantinya.
Yamada mulai mengejar Keio hingga berputar-putar di ruangan, dia tetap mengejarnya walau Keito lari hingga keluar ruangan, mereka mulai berlarian di stage yang habis mereka gunakan untuk konser.
"Tolong jangan berlarian di stage yang tengah dipugar, berbahaya". Seseorang memperingatkan mereka.
Tapi mereka masih asik berkejaran seperti di film hollywood, bedanya, mereka dua-duanya laki-laki dan mereka berkejaran untuk alasan yang tidak elit, dan satu lagi, tidak ada hujan yang tiba-tiba turun.
"Kenapa kau ini?apa masalahnya? aku suka dengan foto ini, biarkan aku menggunakannya sebagai wallpaper"
"aku tidak suka, itu saja, aku tidak mau mengatakan alasannya padamu"
Keito tetap mempertahankan ponsel ditangannya, tak berhenti walaupun Yamada terus mengejarnya tanpa henti kesana-kemari. Yang lain asik menyoraki mereka dari kejauhan, mereka selalu menganggap bertengkarnya OkaYama adalah hiburan paling pas untuk melepas penat setelah konser.
Lalu tiba-tiba..
"KEITO!!!"
Seketika semuanya tercekat. Keito salah menginjak tangga yang baru setengah dipugar saat Yamada secara tak sengaja mendorong Keito kebelakang. Tangga itu hampir selesai dipugar sehingga tak kuat menahan berat tubuh Keito. Keito jatuh terguling kebawah dengan kencang dan ada suara keras di bagian akhir.
"ya Tuhan! Keito!!".
Yuto dan yang lain segera menghampiri untuk menolong Keito, Kali ini mereka bukan hanya khawatir kalau Keito akan menangis, tapi melihat cara jatuh Keito tadi, mereka mengkhawatirkan hal yang lebih besar. Sementara Yamada masih terpekur melihat teman-temannya menolong Keito. Apa yang telah ia lakukan? bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Keito?. Rasa bersalah itu yang membuat Yamada tak sanggup bergerak dari tempatnya terperanga.
"gelap..gelap sekali..hey, kenapa lampunya dimatikan, aku tidak bisa melihat, gelap..Yuto, ada apa?kenapa semua berteriak? hei, nyalakan lampunya"
To Be Continue
(or I can say, have a dramatic break XD)
Label:
Fanfic,
Fanfiction,
friendship,
Hey Say JUMP,
Keito,
Multi Chapter,
Okamoto,
OkaYama,
Yamada
Jumat, 08 Maret 2013
[Hey Say Jump Fan-Fiction] : Virgo’s Blood (Middle Part)
Title : Virgo’s Blood (Middle Part)
Cast : Hey Say JUMP
Genre : Drama, Supernatural, Boys-love, Multi Chapter
Warning : Ero Scene, Gore, Adult content, NC-13
Author : Suci Rahayu
Disclaimer : I just own the plot
A Man with Scar
Sebuah ruangan kosong yang luas. Walaupun ditengah-tengahnya terdapat akuarium dengan ikan-ikan kecil nan lucu, tetap saja terlihat janggal untuk menaruh sebuah hiasan seperti akuarium ditengah ruangan. Sementara diujung ruangan terdapat tumpukan-tumpukan berkas dan kertas yang menggunung rapi, diujung yang lainnya terdapat meja lengkap dengan kursi berputar yang terlihat nyaman, disandarannya tersampir mantel coklat kesayangan Inspektur. Disudut dekat jendela, terdapat akuarium ikan lain yang lebih kecil, tampaknya ia begitu menyukai lucunya ikan-ikan yang berenang dan tak tidur. Ikan bukan binatang yang ‘beristirahat’, seperti Inspektur yang tak kenal istirahat sebelum kasus yang ia tangani selesai.
Disudut dekat jendela itu Inspektur berdiri, memandangi gerakan gemulai ikan-ikannya sembari menjernihkan pikiran. Dia harus menjernihkan pikiran. Menenangkan diri setelah percekcokan ini-itu antara dirinya dan rekan kerjanya. Dirinya tak menduga bahwa suatu saat, pada suatu titik dalam karirnya Yuto akan setidak percaya ini padanya. Yuto bereaksi seolah dia bukan orang yang telah bertahun-tahun bekerja bersamanya. Apa mau dikata, ke-awam-an Yuto tak cukup meyakinkan cerita sang Inspektur.
Bukankah wajar jika orang yang belum melihat sendiri akan sulit percaya?. Apalagi jika tiba-tiba seorang inspektur mahsyur seperti Okamoto dalam kasus sepenting ini mengatakan hal tak masuk akal seperti yang mereka hadapi adalah vampire, dan meminta Yuto mencari seorang laki-laki yang beberapa tahun lalu ditemukan hampir meninggal di apartmentnya dengan bekas cakaran dan cabikan di seluruh badan hingga muka, lelaki yang menurut inspektur mengetahui sesuatu dan akan mempermudah strategi. Laki-laki yang menurut Yuto, tidak ada hubungannya dengan semua ini. Lelaki itu tinggal jauh dari kota, tinggal sendirian dipinggiran hutan, bagaimana mungkin semua ini ada hubungannya dengan kasus penculikan yang terjadi hanya beberapa minggu yang lalu?. Bukankah wajar jika Yuto meragukan analisa Inspektur?.
“Inspektur..”.
Bingung, dengan sedikit lega yang bercampur. Inspektur Okamoto tertegun saat melihat Yuto tiba-tiba muncul didepannya.
“Officer ?”.
“Aku membawakan apa yang kau minta”.
Makin kaget ia saat seseorang memasuki ruangannya. Seseorang dengan luka cakar diwajah, tentu saja itu luka yang nampak saja, sisanya ada dibagian yang tertutupi baju. Lebih parah dan mengerikan, walaupun hanya bekas luka yang sudah bertahun-tahun.
“Terimakasih telah mempercayaiku, officer”
“Jangan salah sangka. Aku masih belum mempercayaimu, Aku INGIN mempercayaimu. Dan aku juga ingin memahami jalan pikiranmu, memastikan kau tidak gila, eh? Inspektur?. Saat kau terbukti salah, aku siap menggantikan jabatanmu”.
“well, kuterima tantanganmu. Sekali lagi terimakasih, untuk berusaha mempercayaiku”.
Lelaki dengan bekas luka itu tak tampak kebingungan sama sekali tiba-tiba dibawa menemui seorang inspektur seperti ini. Dia dengan mantap membalas jabatan tangan Inspektur Okamoto dan memandang tepat pada kedua onyx Inspektur.
“Melihat bekas lukamu, kau jelas tau sesuatu, Tuan…”
“Hikaru Yaotome. Dan kau jelas tau banyak, Inspektur Okamoto”.
Inspektur mempersilahkan Hikaru menceritakan kronologi masa lalu bagaimana dia bisa mendapatkan luka seperti itu. Bukan binatang buas, sangat jelas bukan itu. Lagipula, dia ditemukan nyaris mati di sebuah apartment ditengah kota, binatang buas macam apa yang dapat seenaknya masuk apartment seseorang tanpa diketahui?. Dan menyerang manusia sampai terluka parah seperti itu?. Apa? Yang cukup kecil untuk memasuki jendela apartment namun juga cukup besar untuk hampir membunuh orang?. Kelelawar vampire ?. Bukan kelelawar, hanya vampire. Mereka bahkan tak butuh lubang sebesar jendela, ah..mereka bahkan tak butuh lubang sekecil lubang kunci.
Beberapa tahun lalu tetangga apartment Hikaru menemukan dirinya tergeletak tak berdaya didekat pintu. Sangat beruntung seseorang mencurigai cipratan darah dijendela yang dapat terlihat dari luar, lalu mendobrak masuk. Hikaru ditemukan nyaris mati dengan luka mengerikan . Semalam sebelumnya ia sedang bersama teman sekamarnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun temannya yang ke-19, dengan kue buatannya dan lilin-lilin kecil yang tertancap rapi diatasnya. Kesenangan yang berubah kepanikan saat tiba-tiba badan temannya melemah tak wajar, kulitnya memucat dengan suhu badan sedingin es, terus-terusan mengerang kesakitan dan mengeluh jantungnya seperti ditusuk-tusuk. Bingung dan panik, dia hanya memeluk temannya erat diatas paru-parunya, pasrah saat tangannya digenggam erat hingga kuku-kuku melukai tangannya, dan miris saat namanya terus dipanggil-panggil tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.
Dia makin memeluk temannya erat-erat saat angin aneh mulai menyelimuti, hawa dingin menyeruak diseluruh ruangan. Untuk sejenak, dia berfikir Dewa Kematian datang untuk mencabut nyawa temannya. Yang benar saja, dewa kematian, cih. Kaget setengah mati, saat sesosok pria pucat datang dihadapannya, mendorongnya hingga terpental ke dinding, lalu merebut temannya dari pelukannya. Setengah mati ia melawan saat vampire itu menerkam leher temannya dan mendengar temannya mengerang kesakitan di dekapan sosok misterius vampire. Semua sudah ia lakukan hingga ia mendapatkan luka seperti itu, tak sadarkan diri. Hingga saat ia terbangun, ia tak pernah lagi bertemu dengan temannya. Hingga sekarang.
Officer Yuto sudah mendengar semua cerita pria ini. Reaksinya seperti “Makhluk seperti itu benar-benar ada?”. Tentu saja, dan mereka benar-benar bersembunyi, sehingga kita tak pernah melihat mereka, tapi mereka melihatmu. Hati-hati.
“Ulang tahun ke-19, darah mendingin, jantung sakit..hmm. Tuan Hikaru, kuberi tahu kau sesuatu..”. Inspektur member jeda yang dramatis. “Temanmu masih hidup”.
“Benarkah? Inoo?..”
“Dia, temanmu yang sekarang ini adalah setengah vampire. Dia tidak mati, mereka membawanya” Ujar Inspektur tanpa memberi nada kejut “Kalau aku bisa mempertemukan kau dengannya lagi, apa kau bersedia membantu kami? Sebenarnya kau sendiri yang akan menjemputnya pulang, berhasil tidaknya itu tergantung padamu”
"Tentu saja..!! bukankah ini lebih terlihat seperti kau membantuku daripada sebaliknya?"
Inspektur menghela nafas puas.
“Officer, tolong antarkan Tuan Hikaru ke kamarnya, kita akan bekerja siang-siang sekali”. Inspektur Okamoto tersenyum simpul. Senyuman puas, seolah dia sudah tau bahwa dia akan memenangkan kasus ini. Seperti biasanya. “Tak kusangka menemukan Tuan Hikaru sungguh akan sangat membantu. Dia seperti umpan untuk memancing umpan lain.”
---
Reunion
“Hei, Virgo..penderitaan hidup apa yang membuat darahmu semanis ini?”. Daiki, pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari berencana untuk terbit, dia sudah harus bangun, menutup semua tirai dirumah itu, memastikan tak ada cahaya matahari yang dapat menyusup masuk, menjaga peti-peti para tuannya yang sedang tidur siang.
Dia cukup senang, kurasa. Setelah beberapa minggu ini dia punya teman ngobrol. Walaupun sebenarnya Inoo si setengah vampire cukup sering bangun siang untuk memenuhi kebutuhan setengah manusianya, makan dan sinar matahari. Tetapi ada sesuatu yang membuat ia tak terlalu cocok dengan Inoo.
“Pahit seperti kau merasa mati itu lebih baik, mungkin. Atau menyesal karena telah dilahirkan”.
“Cih, seberapapun orang-orang diluar sana membencimu, para vampire menyukaimu. Lihat aku, dunia bahkan tak tau aku ada, para vampire menganggapku budak. Apa kau pernah merasa seperti kau hanya cemilan untuk dunia ini?”
“Cemilan untuk dunia ini?, Kemarin malam aku baru saja menjadi cemilan untuk para vampire. Rasanya sakit sampai kejantung. Menjadi cemilan untuk dunia pasti sangat berat”.
Daiki mengangkat satu alisnya. Sejenak ia berfikir, bukankah Virgo ini sangat polos?, atau sangat bodoh?. Atau sangat baik?. Dia terus memandangi badan si Virgo yang diikat semacam tali merah yang melilit disekujur tubuhnya, matanyapun ditutup.
“Sudah waktunya makan. Aku akan menyuapimu, tolong jangan menolak, nanti aku bisa dimarahi Tuan Yuya, nanti aku ditampar lagi. Kau akan menolongku kan?”. Dia mengenggam lembut tangan si Virgo. Chinen hanya mengangguk perlahan. “Baiklah, aku akan memanggil Tuan Inoo, dia juga akan makan bersama kita. Virgo, setengah vampire, budak..bukankah keberadaanku disini begitu rendah?.”
Daiki melenggang menyiapkan makanan untuk 3 anak manusia. Oh bukan, 2 setengah anak manusia, bukan 3, maaf. Sudah 2 hari Inoo belum benar-benar makan, dia hanya terus-terusan mendapat suntikan darah dari Yabu. Makan melalui leher. Itu seperti infus, mendapat asupan tanpa merasakan apapun dimulutmu,bukankah itu menyiksa?. Lidahnya pasti rindu rasa gurih, manis, atau apapun yang dapat menggoyang lidahnya, tak heran lahap sekali ia menyantap roti dan tuna yang dibeli Daiki tadi pagi. Begitupula si Virgo, dia menyantap lahap setiap roti yang disuapkan Daiki, sejurus kemudian ia meminta dilepaskan penutup matanya, retinanya butuh cahaya, kulitnya juga, dia pasti kedinginan 3 minggu disarang vampire yang gelap tanpa baju. Juga dengan keadaannya yang terikat, badannya pasti mulai pegal.
“Hei, bisakah kau juga melepaskan ikatanku? Aku tak akan kabur, aku janji, aku terlalu lemah untuk itu. Aku hanya ingin melakukan peregangan sebentar, aku juga ingin menggaruk beberapa bagian badanku, bekas gigitan vampire-vampire itu terasa gatal, gatal sekali”
“Sudah cukup dengan membuka penutup mata. Tali itu hanya bisa dilepaskan oleh salah satu dari mereka, itu terhubung dengan jantungmu. Kau bisa mati jika dilepas paksa”.
Chinen berhenti memohon.
“Inoo..! Inoo..!! keluarlah, aku tau kau disana, kau bisa mendengarku..Inoo…!!”. Suara itu mengagetkan 2 setengah anak manusia itu. Terutama Inoo yang merasa namanya dipanggil.
Tak ada yang mengerti kenapa ada manusia yang mengenal Inoo?. Inoo tak merasa pernah keluar selain untuk mencicipi sedikit cahaya matahari dan tak pernah berkomunikasi dengan manusia manapun. Sudah sejak lama sekali saat ia terakhir berbicara dengan manusia. Dia perlahan berjalan mendekati jendela, kepalanya melongok-longok kebawah memastikan prasangkanya yang baik dan buruk.
"Demi Tuhan..Dia?"
Ingin melompat saja dari jendela rasanya saat ia mendapati suara yang sedari tadi memanggil. Prasangka baiknya benar, yang buruk juga benar. Tanpa menghiraukan suara Daiki, ia tergopoh-gopoh menuruni tangga, lari menuju pintu lalu amblas dari pandangan Daiki.
“Hikaru..!!”. Inoo menubruk tubuh lelaki itu, lalu memeluknya dengan erat, seperti ia akan mati jika melepaskannya. “Bagaimana mungkin? Aku kira kau sudah..”.
Pelukan itu begitu erat, seolah jantung mereka mendengar detak satu sama lain. Pertemuan kembali yang disertai isakan terharu, setelah semua kalimat rindu karena lama tak bertemu, apalagi keduanya saling mengira kalau mereka telah dipisahkan kematian. Tak ada kata terdengar lagi, hanya entah siapa yang mulai, atau sejak kapan. Bibir mereka bertautan. Cukup lama, seakan diingatkan kembali rasanya yang mereka hampir lupa.
“Bagaimana kau bisa sekurus ini?. Hikaru, kau harus berhenti selalu lupa makan saat aku tak ada untuk mengingatkanmu..! Dan lukamu, itu pasti sakit sekali..Hikaru..”
“Ikutlah denganku, aku janji tak akan lama”. Potong Hikaru. Tentu saja itu membuat Inoo kaget tak karuan.
“Tapi aku..”
“Inoo, kumohon”
Inspektur Okamoto dan Officer Nakajima hanya memandangi dari kejauhan, dibawah pohon kenari yang rindang. Tersenyum menang lebih dari sebelumnya, menyusun rencana selanjutnya. Sementara sang officer kebingungan.
“Aku tak paham, jika memang itu sarang mereka, bukankah pasti Chinen didalam? Kenapa tak langsung saja mengambil Chinen?”
“Manusia tak memasuki sarang Vampire, Yuto. Mereka yang akan memenuhi undangan kita. Bungkus setengah vampire itu, aku mau membawanya pulang”.
Yuto menyipitkan matanya, masih tak paham dengan semua ini, tapi masih berusaha memahaminya. Ia akan mendukung semua yang dilakukan Inspektur, ia yakin inspektur punya rencana besar. Bahkan saat Inspektur diam, diam juga ia yakini sebagai rencana yang besar.
"Tak kusangka akan jadi semudah ini". Gumamnya seolah bangga dengan dirinya sendiri.
*TBC*
Cast : Hey Say JUMP
Genre : Drama, Supernatural, Boys-love, Multi Chapter
Warning : Ero Scene, Gore, Adult content, NC-13
Author : Suci Rahayu
Disclaimer : I just own the plot
A Man with Scar
Sebuah ruangan kosong yang luas. Walaupun ditengah-tengahnya terdapat akuarium dengan ikan-ikan kecil nan lucu, tetap saja terlihat janggal untuk menaruh sebuah hiasan seperti akuarium ditengah ruangan. Sementara diujung ruangan terdapat tumpukan-tumpukan berkas dan kertas yang menggunung rapi, diujung yang lainnya terdapat meja lengkap dengan kursi berputar yang terlihat nyaman, disandarannya tersampir mantel coklat kesayangan Inspektur. Disudut dekat jendela, terdapat akuarium ikan lain yang lebih kecil, tampaknya ia begitu menyukai lucunya ikan-ikan yang berenang dan tak tidur. Ikan bukan binatang yang ‘beristirahat’, seperti Inspektur yang tak kenal istirahat sebelum kasus yang ia tangani selesai.
Disudut dekat jendela itu Inspektur berdiri, memandangi gerakan gemulai ikan-ikannya sembari menjernihkan pikiran. Dia harus menjernihkan pikiran. Menenangkan diri setelah percekcokan ini-itu antara dirinya dan rekan kerjanya. Dirinya tak menduga bahwa suatu saat, pada suatu titik dalam karirnya Yuto akan setidak percaya ini padanya. Yuto bereaksi seolah dia bukan orang yang telah bertahun-tahun bekerja bersamanya. Apa mau dikata, ke-awam-an Yuto tak cukup meyakinkan cerita sang Inspektur.
Bukankah wajar jika orang yang belum melihat sendiri akan sulit percaya?. Apalagi jika tiba-tiba seorang inspektur mahsyur seperti Okamoto dalam kasus sepenting ini mengatakan hal tak masuk akal seperti yang mereka hadapi adalah vampire, dan meminta Yuto mencari seorang laki-laki yang beberapa tahun lalu ditemukan hampir meninggal di apartmentnya dengan bekas cakaran dan cabikan di seluruh badan hingga muka, lelaki yang menurut inspektur mengetahui sesuatu dan akan mempermudah strategi. Laki-laki yang menurut Yuto, tidak ada hubungannya dengan semua ini. Lelaki itu tinggal jauh dari kota, tinggal sendirian dipinggiran hutan, bagaimana mungkin semua ini ada hubungannya dengan kasus penculikan yang terjadi hanya beberapa minggu yang lalu?. Bukankah wajar jika Yuto meragukan analisa Inspektur?.
“Inspektur..”.
Bingung, dengan sedikit lega yang bercampur. Inspektur Okamoto tertegun saat melihat Yuto tiba-tiba muncul didepannya.
“Officer ?”.
“Aku membawakan apa yang kau minta”.
Makin kaget ia saat seseorang memasuki ruangannya. Seseorang dengan luka cakar diwajah, tentu saja itu luka yang nampak saja, sisanya ada dibagian yang tertutupi baju. Lebih parah dan mengerikan, walaupun hanya bekas luka yang sudah bertahun-tahun.
“Terimakasih telah mempercayaiku, officer”
“Jangan salah sangka. Aku masih belum mempercayaimu, Aku INGIN mempercayaimu. Dan aku juga ingin memahami jalan pikiranmu, memastikan kau tidak gila, eh? Inspektur?. Saat kau terbukti salah, aku siap menggantikan jabatanmu”.
“well, kuterima tantanganmu. Sekali lagi terimakasih, untuk berusaha mempercayaiku”.
Lelaki dengan bekas luka itu tak tampak kebingungan sama sekali tiba-tiba dibawa menemui seorang inspektur seperti ini. Dia dengan mantap membalas jabatan tangan Inspektur Okamoto dan memandang tepat pada kedua onyx Inspektur.
“Melihat bekas lukamu, kau jelas tau sesuatu, Tuan…”
“Hikaru Yaotome. Dan kau jelas tau banyak, Inspektur Okamoto”.
Inspektur mempersilahkan Hikaru menceritakan kronologi masa lalu bagaimana dia bisa mendapatkan luka seperti itu. Bukan binatang buas, sangat jelas bukan itu. Lagipula, dia ditemukan nyaris mati di sebuah apartment ditengah kota, binatang buas macam apa yang dapat seenaknya masuk apartment seseorang tanpa diketahui?. Dan menyerang manusia sampai terluka parah seperti itu?. Apa? Yang cukup kecil untuk memasuki jendela apartment namun juga cukup besar untuk hampir membunuh orang?. Kelelawar vampire ?. Bukan kelelawar, hanya vampire. Mereka bahkan tak butuh lubang sebesar jendela, ah..mereka bahkan tak butuh lubang sekecil lubang kunci.
Beberapa tahun lalu tetangga apartment Hikaru menemukan dirinya tergeletak tak berdaya didekat pintu. Sangat beruntung seseorang mencurigai cipratan darah dijendela yang dapat terlihat dari luar, lalu mendobrak masuk. Hikaru ditemukan nyaris mati dengan luka mengerikan . Semalam sebelumnya ia sedang bersama teman sekamarnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun temannya yang ke-19, dengan kue buatannya dan lilin-lilin kecil yang tertancap rapi diatasnya. Kesenangan yang berubah kepanikan saat tiba-tiba badan temannya melemah tak wajar, kulitnya memucat dengan suhu badan sedingin es, terus-terusan mengerang kesakitan dan mengeluh jantungnya seperti ditusuk-tusuk. Bingung dan panik, dia hanya memeluk temannya erat diatas paru-parunya, pasrah saat tangannya digenggam erat hingga kuku-kuku melukai tangannya, dan miris saat namanya terus dipanggil-panggil tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.
Dia makin memeluk temannya erat-erat saat angin aneh mulai menyelimuti, hawa dingin menyeruak diseluruh ruangan. Untuk sejenak, dia berfikir Dewa Kematian datang untuk mencabut nyawa temannya. Yang benar saja, dewa kematian, cih. Kaget setengah mati, saat sesosok pria pucat datang dihadapannya, mendorongnya hingga terpental ke dinding, lalu merebut temannya dari pelukannya. Setengah mati ia melawan saat vampire itu menerkam leher temannya dan mendengar temannya mengerang kesakitan di dekapan sosok misterius vampire. Semua sudah ia lakukan hingga ia mendapatkan luka seperti itu, tak sadarkan diri. Hingga saat ia terbangun, ia tak pernah lagi bertemu dengan temannya. Hingga sekarang.
Officer Yuto sudah mendengar semua cerita pria ini. Reaksinya seperti “Makhluk seperti itu benar-benar ada?”. Tentu saja, dan mereka benar-benar bersembunyi, sehingga kita tak pernah melihat mereka, tapi mereka melihatmu. Hati-hati.
“Ulang tahun ke-19, darah mendingin, jantung sakit..hmm. Tuan Hikaru, kuberi tahu kau sesuatu..”. Inspektur member jeda yang dramatis. “Temanmu masih hidup”.
“Benarkah? Inoo?..”
“Dia, temanmu yang sekarang ini adalah setengah vampire. Dia tidak mati, mereka membawanya” Ujar Inspektur tanpa memberi nada kejut “Kalau aku bisa mempertemukan kau dengannya lagi, apa kau bersedia membantu kami? Sebenarnya kau sendiri yang akan menjemputnya pulang, berhasil tidaknya itu tergantung padamu”
"Tentu saja..!! bukankah ini lebih terlihat seperti kau membantuku daripada sebaliknya?"
Inspektur menghela nafas puas.
“Officer, tolong antarkan Tuan Hikaru ke kamarnya, kita akan bekerja siang-siang sekali”. Inspektur Okamoto tersenyum simpul. Senyuman puas, seolah dia sudah tau bahwa dia akan memenangkan kasus ini. Seperti biasanya. “Tak kusangka menemukan Tuan Hikaru sungguh akan sangat membantu. Dia seperti umpan untuk memancing umpan lain.”
---
Reunion
“Hei, Virgo..penderitaan hidup apa yang membuat darahmu semanis ini?”. Daiki, pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari berencana untuk terbit, dia sudah harus bangun, menutup semua tirai dirumah itu, memastikan tak ada cahaya matahari yang dapat menyusup masuk, menjaga peti-peti para tuannya yang sedang tidur siang.
Dia cukup senang, kurasa. Setelah beberapa minggu ini dia punya teman ngobrol. Walaupun sebenarnya Inoo si setengah vampire cukup sering bangun siang untuk memenuhi kebutuhan setengah manusianya, makan dan sinar matahari. Tetapi ada sesuatu yang membuat ia tak terlalu cocok dengan Inoo.
“Pahit seperti kau merasa mati itu lebih baik, mungkin. Atau menyesal karena telah dilahirkan”.
“Cih, seberapapun orang-orang diluar sana membencimu, para vampire menyukaimu. Lihat aku, dunia bahkan tak tau aku ada, para vampire menganggapku budak. Apa kau pernah merasa seperti kau hanya cemilan untuk dunia ini?”
“Cemilan untuk dunia ini?, Kemarin malam aku baru saja menjadi cemilan untuk para vampire. Rasanya sakit sampai kejantung. Menjadi cemilan untuk dunia pasti sangat berat”.
Daiki mengangkat satu alisnya. Sejenak ia berfikir, bukankah Virgo ini sangat polos?, atau sangat bodoh?. Atau sangat baik?. Dia terus memandangi badan si Virgo yang diikat semacam tali merah yang melilit disekujur tubuhnya, matanyapun ditutup.
“Sudah waktunya makan. Aku akan menyuapimu, tolong jangan menolak, nanti aku bisa dimarahi Tuan Yuya, nanti aku ditampar lagi. Kau akan menolongku kan?”. Dia mengenggam lembut tangan si Virgo. Chinen hanya mengangguk perlahan. “Baiklah, aku akan memanggil Tuan Inoo, dia juga akan makan bersama kita. Virgo, setengah vampire, budak..bukankah keberadaanku disini begitu rendah?.”
Daiki melenggang menyiapkan makanan untuk 3 anak manusia. Oh bukan, 2 setengah anak manusia, bukan 3, maaf. Sudah 2 hari Inoo belum benar-benar makan, dia hanya terus-terusan mendapat suntikan darah dari Yabu. Makan melalui leher. Itu seperti infus, mendapat asupan tanpa merasakan apapun dimulutmu,bukankah itu menyiksa?. Lidahnya pasti rindu rasa gurih, manis, atau apapun yang dapat menggoyang lidahnya, tak heran lahap sekali ia menyantap roti dan tuna yang dibeli Daiki tadi pagi. Begitupula si Virgo, dia menyantap lahap setiap roti yang disuapkan Daiki, sejurus kemudian ia meminta dilepaskan penutup matanya, retinanya butuh cahaya, kulitnya juga, dia pasti kedinginan 3 minggu disarang vampire yang gelap tanpa baju. Juga dengan keadaannya yang terikat, badannya pasti mulai pegal.
“Hei, bisakah kau juga melepaskan ikatanku? Aku tak akan kabur, aku janji, aku terlalu lemah untuk itu. Aku hanya ingin melakukan peregangan sebentar, aku juga ingin menggaruk beberapa bagian badanku, bekas gigitan vampire-vampire itu terasa gatal, gatal sekali”
“Sudah cukup dengan membuka penutup mata. Tali itu hanya bisa dilepaskan oleh salah satu dari mereka, itu terhubung dengan jantungmu. Kau bisa mati jika dilepas paksa”.
Chinen berhenti memohon.
“Inoo..! Inoo..!! keluarlah, aku tau kau disana, kau bisa mendengarku..Inoo…!!”. Suara itu mengagetkan 2 setengah anak manusia itu. Terutama Inoo yang merasa namanya dipanggil.
Tak ada yang mengerti kenapa ada manusia yang mengenal Inoo?. Inoo tak merasa pernah keluar selain untuk mencicipi sedikit cahaya matahari dan tak pernah berkomunikasi dengan manusia manapun. Sudah sejak lama sekali saat ia terakhir berbicara dengan manusia. Dia perlahan berjalan mendekati jendela, kepalanya melongok-longok kebawah memastikan prasangkanya yang baik dan buruk.
"Demi Tuhan..Dia?"
Ingin melompat saja dari jendela rasanya saat ia mendapati suara yang sedari tadi memanggil. Prasangka baiknya benar, yang buruk juga benar. Tanpa menghiraukan suara Daiki, ia tergopoh-gopoh menuruni tangga, lari menuju pintu lalu amblas dari pandangan Daiki.
“Hikaru..!!”. Inoo menubruk tubuh lelaki itu, lalu memeluknya dengan erat, seperti ia akan mati jika melepaskannya. “Bagaimana mungkin? Aku kira kau sudah..”.
Pelukan itu begitu erat, seolah jantung mereka mendengar detak satu sama lain. Pertemuan kembali yang disertai isakan terharu, setelah semua kalimat rindu karena lama tak bertemu, apalagi keduanya saling mengira kalau mereka telah dipisahkan kematian. Tak ada kata terdengar lagi, hanya entah siapa yang mulai, atau sejak kapan. Bibir mereka bertautan. Cukup lama, seakan diingatkan kembali rasanya yang mereka hampir lupa.
“Bagaimana kau bisa sekurus ini?. Hikaru, kau harus berhenti selalu lupa makan saat aku tak ada untuk mengingatkanmu..! Dan lukamu, itu pasti sakit sekali..Hikaru..”
“Ikutlah denganku, aku janji tak akan lama”. Potong Hikaru. Tentu saja itu membuat Inoo kaget tak karuan.
“Tapi aku..”
“Inoo, kumohon”
Inspektur Okamoto dan Officer Nakajima hanya memandangi dari kejauhan, dibawah pohon kenari yang rindang. Tersenyum menang lebih dari sebelumnya, menyusun rencana selanjutnya. Sementara sang officer kebingungan.
“Aku tak paham, jika memang itu sarang mereka, bukankah pasti Chinen didalam? Kenapa tak langsung saja mengambil Chinen?”
“Manusia tak memasuki sarang Vampire, Yuto. Mereka yang akan memenuhi undangan kita. Bungkus setengah vampire itu, aku mau membawanya pulang”.
Yuto menyipitkan matanya, masih tak paham dengan semua ini, tapi masih berusaha memahaminya. Ia akan mendukung semua yang dilakukan Inspektur, ia yakin inspektur punya rencana besar. Bahkan saat Inspektur diam, diam juga ia yakini sebagai rencana yang besar.
"Tak kusangka akan jadi semudah ini". Gumamnya seolah bangga dengan dirinya sendiri.
*TBC*
Label:
Arioka Daiki,
Boys Love,
Chinen,
Drama,
ero,
Fanfic,
Fanfiction,
Gore,
Hey Say JUMP,
Inoo Kei,
Keito,
Multi Chapter,
Nakajima Yuto,
pairing,
Supernatural,
Vampire,
Virgo Blood,
Yaotome Hikaru
Kamis, 28 Februari 2013
[Hey Say JUMP fan-fiction] "Virgo's Blood"
Title : Virgo’s Blood
Cast : Hey Say JUMP
Genre : Drama, Supernatural, Boys-love, Multi Chapter , +17
Warning : Ero Scene, Gore, Adult content, NC-17
Author : Suci Rahayu
Disclaimer : I just own the plot
Prologue
Ssst..matikan semua lampu, gantilah dengan cahaya lilin seredup mungkin, lalu duduklah melingkar, pastikan kalian saling berdekatan, kita tak mau mereka masuk kesela-sela kalian,kan?. Akan kuceritakan fiksi yang fakta. Sebaiknya kalian tau tentang mereka yang hidup tapi bersembunyi bersama kita. Pernahkah kalian bertanya mengapa malam begitu mencekam?. Purnama selalu memiliki aura mistisnya sendiri?. Karena saat itulah mereka keluar, dengan perut lapar dan tenggorokan kerontang, mencari minuman manis dan lezat yang mengalir ditubuh kalian. Darah..
---
The Inspector
Kota tengah waspada, setelah 3 minggu lamanya putra satu-satunya kepala polisi kota ini menghilang secara misterius. Begitu tiba-tiba, dan tak berjejak. Orang yang terakhir melihatnya bilang dia dibawa pergi angin entah kemana. Dengar, hanya karena kalian tak bisa melihatnya dan merasakan udara berdesir di tengkuk kalian, bukan berarti itu angin. Kecepatan mereka yang menyebabkan angin dingin dimalam hari.
Poster pencarian atas nama Chinen Yuri disebar diseluruh pelosok kota. Seorang inspektur ditunjuk untuk menangani kasus ini, inspektur yang paling disegani di kota karena kebaikan hatinya dan kepandaiannya dalam menangani kasus-kasus besar. Dengan perintah langsung dari sang kepala polisi dan ketakutan rakyat akan peristiwa ini, Inspektur Okamoto Keito bersumpah akan menyelesaikan kasus ini.
Dipasangkanlah ia dengan polisi muda berbakat yang dikenal memiliki keberanian dan tanggung jawab tinggi. Officer Nakajima Yuto, sudah berkali-kali bekerja bersama inspektur menyelesaikan kasus-kasus besar di kota. Sang inspektur mengosongkan peluru dari pistolnya, bertekat menyelesaikannya tanpa anak buah selain Yuto. Karena ia tau senjata tak akan berguna, ia tau ia tak sedang berurusan dengan manusia.
---
Royal Class
Mereka hidup bersembunyi di tempat tergelap dikota. Rumah mewah yang terabaikan disudut kota diujung jalan itu bisa jadi salah satunya. Ya, rumah kosong yang kalian lewati saat kesekolah itu, gelap, dingin, tak terjamah, mereka amat menyukainya . Berhati-hatilah saat melewatinya, atau kalau kalian cukup berani untuk memandang ke jendela kecil rumah itu dimalam hari, kalian akan tau ada mata yang mengawasi waspada.
Vampire hidup dalam kelompok keluarga. Beberapa dari mereka dengan kasta tinggi hingga menengah mempunyai seorang servant, seorang anak manusia yang jiwanya terikat dengan vampire karena sebuah perjanjian gelap dan keji dengan vampire yang menjadi majikannya. Seperti seorang pemuda bernama Daiki yang telah menjadi servant sejak usia sangat muda, bertugas menjaga peti-peti dingin tempat tidur para vampire, memastikannya tak ada yang membukanya sebelum matahari benar-benar terbenam. Selama lebih dari sekedar ‘selamanya’ dia akan menjadi servant vampire dari kasta Royal Class, vampire dengan kasta tinggi yang berketurunan langsung dengan vampire Lord.
“Manusia selalu harus tidur saat malam hari. Payah sekali”. Gumam Yuya, anggota royal class termesum sembari menyibak lembut poni Daiki si servant yang terlelap di petinya.
"Berhati-hatilah dengan perasaan seperti itu Yuya. Kau seharusnya belajar dari ayahku”
“Maksudmu jatuh cinta dengan manusia lalu melahirkan anak setengah vampire yang merepotkan royal class?. Cih, aku tak sebajingan dan senaif itu”.
“Yuya! Inoo! berhentilah bertengkar”. Hardik Yabu, sang pemimpin kelompok, vampire dengan ketegasan sekuat baja, kebijakan seperti naga dan setenang teratai air. Semua vampire yakin dia adalah kandidat terkuat vampire lord selanjutnya. “Tak ada yang boleh menganggu sakralnya waktu makan malam purnama”.
Disudut ruangan, anggota royal class termuda yang masih suka berbuat seenaknya sendiri, Yamada. Seolah tak peduli dengan pertengkaran yang sudah sering terjadi antara Yuya dan si setengah vampire. Dia diam memandangi makan malamnya dengan muka penuh selera, begitu lapar hingga ia meneguk ludahnya.
“Bisakah aku makan duluan?”. Katanya.
---
Blood of The Virgo
Makan malam pada saat purnama adalah sakral bagi semua kaum vampire. Terutama untuk Royal class, mereka mempunyai kebutuhan khusus purnama, menu makan malam spesial untuk menguatkan kekuasaan mereka sebagai Royal class. Menu makan terlezat bagi para vampire. Darah seorang Virgo.
Virgo adalah manusia dengan darah manis karena kepahitan panjang dalam hidupnya, berhati jernih karena tak terdapat dendam dalam dirinya, darah dari seorang murni Virgo yang perawan, akan lebih bagus jika bergolongan AB. Saat Virgo berusia 19 tahun, saat itulah darah Virgo menjadi sangat berharga bagi para vampire terutama royal class. Aroma tubuh Virgo pada fase ini dapat menggoda hidung vampire hingga puluhan mil jauhnya. Tapi Virgo hanya boleh menjadi santapan saat purnama. Bersabar untuk hal ini bukan hal yang mudah bagi para vampire.
Tiga minggu yang lalu, Yamada menangkap Virgo terbaik dikota, menyembunyikannya dimarkas untuk disimpan sebagai santapan purnama. Yamada yang berbakat berburu sejak muda ini sudah mengincar si Virgo sejak awal dia menemukannya, jauh sebelum si Virgo menginjak 19 tahun. Mengawasinya dari kejauhan, menjaga dirumahnya tiap malam saat ia tertidur, memastikan tak ada yang mengambilnya sebelum dirinya.
Virgo malang itu adalah pria yang paling dicari di kota, putra kepala polisi yang tengah gencar dicari. Chinen Yuri. Virgo dengan rating sempurna bahkan untuk royal class. Badan yang sempurna, detak jantung yang stabil dan kulit yang halus putih, menambah selera vampire manapun, seolah nadinya terlihat lebih jelas menonjol ke permukaan kulitnya. Dan aroma lembut embun mawar yang didapatnya karena ke-suci-an hatinya, membuat air liur vampire manapun menetes hanya dengan mencium aromanya.
“Kau yang menangkapnya, aku beri kau kehormatan untuk mencicipinya terlebih dahulu”. Jawab Yabu.
Yamada dengan tak sabar mendekati si Virgo, telebih dahulu menikmati halusnya kulit Virgo dengan jari-jarinya. Tangan kirinya menjambak rambut virgo kebelakang, menampakan wajah mulus putih yang tak sabar ia gores agar berdarah.
“Sebaiknya kau ingat peraturannya”. Sentak Yabu membuyarkan kenikmatannya.
“Ck, Aku tau. Leher hanya untuk pemimpin dan kau harus mendapat porsi ganda untuk si setengah vampire itu. Kau crewet sekali”.
Yamada bersiap menggoreskan kuku telunjuknya yang tajam ke pipi anak itu. Srrt..!! Dia menggoreskan tepat di samping bibir Virgo, membuatnya meringis kesakitan. Darah mulai menetes, bau manis dan sedap menyeruak, membuat Yuya harus menyeka air liurnya yang hampir menetes, sementara Yabu menghirup dalam-dalam aroma yang keluar. Begitu tak tertahankan.
Seperti tak kenal berhenti, Yamada menghisapnya dengan kalap hingga si Virgo malang terus merintih kesakitan. Yuya sampai harus menariknya agar Yamada berhenti.
“Dia bisa mati kalau kau hisap terus-terusan seperti itu..!!”.
“Ma-maaf, tak bisa berhenti sejak saat kau memulainya, cobalah sendiri”.
Yuya lebih suka menghisap langsung tanpa menggoresnya, dia bukan Yamada yang suka bermain-main, baginya akan sayang jika setetes saja darah berharga Virgo menetes sia-sia. Yuya benar-benar menyukai bagian yang berdenyut atau berdetak kencang, seperti dada kiri karena sangat dekat dengan jantung. Tiap detakan menyemburkan darah lebih kuat kerongga mulutnya, baginya itu sangat menyenangkan.
“Berhenti..kumohon, aaaaakh, sakit sekali..hentikan”.
Si mesum ini menyukai saat korbannya meronta, semakin kencang teriakannya, semakin Yuya berselera.
“Hmm..Virgo memang jelas berbeda”. Gumamnya sambil menjilat sisa darah dibawah bibirnya.
Saat tiba giliran Yabu, dia akan melakukannya dengan cara sangat bangsawan. Dia menerkam korbannya dari belakang, mengincar nadi di leher yang mengeluarkan aroma paling tajam, nadi paling besar dan tebal. Inoo tipe pencemburu, ia bisa sangat tidak suka dengan cara bangsawan Yabu yang terlebih dahulu menghirup dalam-dalam aroma Virgo, menciumi bahunya perlahan lalu naik hingga leher, menancapkan taringnya setenang teratai air, memastikan korbannya tidak terluka, lalu menghisapnya hingga puas. Lebih lama dari Yuya dan Yamada, pemimpin berhak mendapatkan porsi lebih, dan Yabu memang harus mendapat porsi lebih karena suatu keharusan ‘berbagi darah’ dengan Inoo, si setengah vampire.
---
The Half Vampire
“Menjijikan..!”. Ujarnya sembari hendak melangkah pergi. Tentu tak cukup cepat daripada Yabu yang dengan tangkas memegang pergelangan tangan Inoo untuk menghentikannya.
“Mau kemana? Berfikir untuk kembali ke masa lalumu? Kau tak bisa hidup tanpaku, ingat?Kau harus minum dari darahku, ingat?. Duduk dan tenanglah”.
Inoo diam. Tentu karena ia tak bisa berkata apa-apa.
Setengah vampire sudah pasti adalah setengah manusia. Dan layaknya penduduk Negara yang menggunakan 2 mata uang, mereka memiliki kebutuhan atas keduanya. Makanan dan darah, cahaya dan kegelapan, perhatian dan kesendirian. Setengah vampire seperti Inoo bisa jadi lahir karena hubungan terlarang vampire dan manusia yang terjebak cinta. Anak yang lahir dari hubungan ini akan berubah menjadi setengah vampire saat menginjak usia 19 tahun. Darahnya berubah dingin dan mulai menginginkan darah, walaupun setengah vampire tidak bisa mengkonsumsi darah secara langsung. Mereka harus mendapat ‘suntikan’ dari vampire yang pertama kali melakukan ritual ‘pertukaran darah’ dengannya. Dalam kasus ini, darah Yabu-lah yang mengalir dan menghidupi raganya. Dia harus terus bergantung pada Yabu untuk tetap hidup.
Setengah vampire akan terus melemah jika tak mendapatkan darah. Keberadaan setengah vampire berhubungan langsung dengan seluruh kaum vampire. Melemahnya tubuh setengah vampire dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kekuatan para vampire. Inilah kenapa setengah vampire diangap merepotkan. Dia memegang kunci kelangsungan keberadaan para vampire. Sebagai seorang pemimpin, Yabu merasa dirinya yang paling wajib untuk menjaga benang merah para vampire walau harus selalu berbagi darah dengan Inoo. Konsekuensinya adalah, dia akanmenjadi vampire yang paling tak berdaya saat keadaan Inoo melemah. Anggap saja Yabu bertindak sebagai penebus dosa vampire ceroboh yang menghamili seorang manusia.
“Aku tak mau makan malam”. Protes Inoo.
“Jangan macam-macam..! ini purnama, kau akan merepotkan kami semua.!”. Bentak Yuya
“Setengah vampire memang merepotkan”. Tambah Yamada.
“Kalian semua diamlah”. Potong Yabu. “Inoo, jangan macam-macam. Kau akan makan malam ini, jangan seret aku kedalam masalah, ada kewajiban yang harus kupenuhi sebagai pemimpin. Berikan aku lehermu”.
Inoo menggeleng mantap.
“Kau..”. Tanpa banyak bicara, Yabu mendesak Inoo hingga terhimpit ke sudut ruangan, memaksanya sedemikian rupa hingga leher Inoo terbuka bebas, dia mencari nadi tertebal untuk menyuntikkan darahnya ke tubuh Inoo. Sejak awal taringnya menembus nadi Inoo, dan darah Yabu mengalir ke tubunya, semua vampire dipelosok negeri ini seolah terlahir kembali. Disinilah setengah vampire dianggap berguna untuk menyalurkan energy dari sang pemimpin kepada semua kaumnya. Apalagi menu malam ini adalah Virgo, bayangkan betapa seluruh vampire hingga kasta terendah dapat merasakan energi dari darah Virgo mengalir hingga ke ujung jari, sungguh sensasi purnama yang ditunggu. Semua vampire lantas mengagungkan nama Yabu.
“Egois sekali, kau jelas suka cara bangsawanku saat kulakukan padamu, tapi selalu marah saat kulakukan ke orang lain”.
“Hey, pak pemimpin penebus dosa”. Hardik Yamada. “Lakukan lanjutannya ditempat lain. Kau tidak mau vampire muda sepertiku melihat hal seperti itu,kan?. Jadilah kakak yang baik”.
Yabu menghela nafas. Sedikit sebal karena Yamada menganggu kesenangannya.
“masuklah ke peti-ku malam ini, aku akan menyusul setelah menemui dewan besar vampire”.
Inoo menurut saja,
“Yuya, pastikan Daiki bangun sebelum matahari terbit, suruh ia memberi makan cukup pada Virgo itu”. Perintah Yabu.
“Dan kau vampire muda, jangan hanya bisa berburu, kau harus belajar menghadapi dewan di rapat purnama, ikut aku”.
“Malasnya…! Aku tidak cocok dengan lingkungan seperti itu. Aku akan ngobrol saja dengan Virgo ini, aku yang sudah menjaganya bertahun-tahun, bolehkan?”.
“Terserahlah”.
---
*TBC*
NB : Virgo disini diambil dari kata 'Virgin' , tp virginnya sampe kedalem-dalem hati gitu maksudnya hehe. Dan kenapa saya pilih Chinen jd Virgo adalah karena Chii darahnya AB, kesannya kan jarang gitu, jd lebih special, dan Chii punya wajah 'memelas' yang cocok banget jadi Virgo.
Silahkan bertanya dimana Hika? kok ga nongol?. Nanti..di chapter selanjutnya, seperti khasnya saya, akan ada trion segitiga cemerlang HikaBuNoo kok. Ditunggu aja..
Disini pairingnya nyari sendiri, banyak soalnya, bisa comot sana sini kok hehehe.
Cast : Hey Say JUMP
Genre : Drama, Supernatural, Boys-love, Multi Chapter , +17
Warning : Ero Scene, Gore, Adult content, NC-17
Author : Suci Rahayu
Disclaimer : I just own the plot
Prologue
Ssst..matikan semua lampu, gantilah dengan cahaya lilin seredup mungkin, lalu duduklah melingkar, pastikan kalian saling berdekatan, kita tak mau mereka masuk kesela-sela kalian,kan?. Akan kuceritakan fiksi yang fakta. Sebaiknya kalian tau tentang mereka yang hidup tapi bersembunyi bersama kita. Pernahkah kalian bertanya mengapa malam begitu mencekam?. Purnama selalu memiliki aura mistisnya sendiri?. Karena saat itulah mereka keluar, dengan perut lapar dan tenggorokan kerontang, mencari minuman manis dan lezat yang mengalir ditubuh kalian. Darah..
---
The Inspector
Kota tengah waspada, setelah 3 minggu lamanya putra satu-satunya kepala polisi kota ini menghilang secara misterius. Begitu tiba-tiba, dan tak berjejak. Orang yang terakhir melihatnya bilang dia dibawa pergi angin entah kemana. Dengar, hanya karena kalian tak bisa melihatnya dan merasakan udara berdesir di tengkuk kalian, bukan berarti itu angin. Kecepatan mereka yang menyebabkan angin dingin dimalam hari.
Poster pencarian atas nama Chinen Yuri disebar diseluruh pelosok kota. Seorang inspektur ditunjuk untuk menangani kasus ini, inspektur yang paling disegani di kota karena kebaikan hatinya dan kepandaiannya dalam menangani kasus-kasus besar. Dengan perintah langsung dari sang kepala polisi dan ketakutan rakyat akan peristiwa ini, Inspektur Okamoto Keito bersumpah akan menyelesaikan kasus ini.
Dipasangkanlah ia dengan polisi muda berbakat yang dikenal memiliki keberanian dan tanggung jawab tinggi. Officer Nakajima Yuto, sudah berkali-kali bekerja bersama inspektur menyelesaikan kasus-kasus besar di kota. Sang inspektur mengosongkan peluru dari pistolnya, bertekat menyelesaikannya tanpa anak buah selain Yuto. Karena ia tau senjata tak akan berguna, ia tau ia tak sedang berurusan dengan manusia.
---
Royal Class
Mereka hidup bersembunyi di tempat tergelap dikota. Rumah mewah yang terabaikan disudut kota diujung jalan itu bisa jadi salah satunya. Ya, rumah kosong yang kalian lewati saat kesekolah itu, gelap, dingin, tak terjamah, mereka amat menyukainya . Berhati-hatilah saat melewatinya, atau kalau kalian cukup berani untuk memandang ke jendela kecil rumah itu dimalam hari, kalian akan tau ada mata yang mengawasi waspada.
Vampire hidup dalam kelompok keluarga. Beberapa dari mereka dengan kasta tinggi hingga menengah mempunyai seorang servant, seorang anak manusia yang jiwanya terikat dengan vampire karena sebuah perjanjian gelap dan keji dengan vampire yang menjadi majikannya. Seperti seorang pemuda bernama Daiki yang telah menjadi servant sejak usia sangat muda, bertugas menjaga peti-peti dingin tempat tidur para vampire, memastikannya tak ada yang membukanya sebelum matahari benar-benar terbenam. Selama lebih dari sekedar ‘selamanya’ dia akan menjadi servant vampire dari kasta Royal Class, vampire dengan kasta tinggi yang berketurunan langsung dengan vampire Lord.
“Manusia selalu harus tidur saat malam hari. Payah sekali”. Gumam Yuya, anggota royal class termesum sembari menyibak lembut poni Daiki si servant yang terlelap di petinya.
"Berhati-hatilah dengan perasaan seperti itu Yuya. Kau seharusnya belajar dari ayahku”
“Maksudmu jatuh cinta dengan manusia lalu melahirkan anak setengah vampire yang merepotkan royal class?. Cih, aku tak sebajingan dan senaif itu”.
“Yuya! Inoo! berhentilah bertengkar”. Hardik Yabu, sang pemimpin kelompok, vampire dengan ketegasan sekuat baja, kebijakan seperti naga dan setenang teratai air. Semua vampire yakin dia adalah kandidat terkuat vampire lord selanjutnya. “Tak ada yang boleh menganggu sakralnya waktu makan malam purnama”.
Disudut ruangan, anggota royal class termuda yang masih suka berbuat seenaknya sendiri, Yamada. Seolah tak peduli dengan pertengkaran yang sudah sering terjadi antara Yuya dan si setengah vampire. Dia diam memandangi makan malamnya dengan muka penuh selera, begitu lapar hingga ia meneguk ludahnya.
“Bisakah aku makan duluan?”. Katanya.
---
Blood of The Virgo
Makan malam pada saat purnama adalah sakral bagi semua kaum vampire. Terutama untuk Royal class, mereka mempunyai kebutuhan khusus purnama, menu makan malam spesial untuk menguatkan kekuasaan mereka sebagai Royal class. Menu makan terlezat bagi para vampire. Darah seorang Virgo.
Virgo adalah manusia dengan darah manis karena kepahitan panjang dalam hidupnya, berhati jernih karena tak terdapat dendam dalam dirinya, darah dari seorang murni Virgo yang perawan, akan lebih bagus jika bergolongan AB. Saat Virgo berusia 19 tahun, saat itulah darah Virgo menjadi sangat berharga bagi para vampire terutama royal class. Aroma tubuh Virgo pada fase ini dapat menggoda hidung vampire hingga puluhan mil jauhnya. Tapi Virgo hanya boleh menjadi santapan saat purnama. Bersabar untuk hal ini bukan hal yang mudah bagi para vampire.
Tiga minggu yang lalu, Yamada menangkap Virgo terbaik dikota, menyembunyikannya dimarkas untuk disimpan sebagai santapan purnama. Yamada yang berbakat berburu sejak muda ini sudah mengincar si Virgo sejak awal dia menemukannya, jauh sebelum si Virgo menginjak 19 tahun. Mengawasinya dari kejauhan, menjaga dirumahnya tiap malam saat ia tertidur, memastikan tak ada yang mengambilnya sebelum dirinya.
Virgo malang itu adalah pria yang paling dicari di kota, putra kepala polisi yang tengah gencar dicari. Chinen Yuri. Virgo dengan rating sempurna bahkan untuk royal class. Badan yang sempurna, detak jantung yang stabil dan kulit yang halus putih, menambah selera vampire manapun, seolah nadinya terlihat lebih jelas menonjol ke permukaan kulitnya. Dan aroma lembut embun mawar yang didapatnya karena ke-suci-an hatinya, membuat air liur vampire manapun menetes hanya dengan mencium aromanya.
“Kau yang menangkapnya, aku beri kau kehormatan untuk mencicipinya terlebih dahulu”. Jawab Yabu.
Yamada dengan tak sabar mendekati si Virgo, telebih dahulu menikmati halusnya kulit Virgo dengan jari-jarinya. Tangan kirinya menjambak rambut virgo kebelakang, menampakan wajah mulus putih yang tak sabar ia gores agar berdarah.
“Sebaiknya kau ingat peraturannya”. Sentak Yabu membuyarkan kenikmatannya.
“Ck, Aku tau. Leher hanya untuk pemimpin dan kau harus mendapat porsi ganda untuk si setengah vampire itu. Kau crewet sekali”.
Yamada bersiap menggoreskan kuku telunjuknya yang tajam ke pipi anak itu. Srrt..!! Dia menggoreskan tepat di samping bibir Virgo, membuatnya meringis kesakitan. Darah mulai menetes, bau manis dan sedap menyeruak, membuat Yuya harus menyeka air liurnya yang hampir menetes, sementara Yabu menghirup dalam-dalam aroma yang keluar. Begitu tak tertahankan.
Seperti tak kenal berhenti, Yamada menghisapnya dengan kalap hingga si Virgo malang terus merintih kesakitan. Yuya sampai harus menariknya agar Yamada berhenti.
“Dia bisa mati kalau kau hisap terus-terusan seperti itu..!!”.
“Ma-maaf, tak bisa berhenti sejak saat kau memulainya, cobalah sendiri”.
Yuya lebih suka menghisap langsung tanpa menggoresnya, dia bukan Yamada yang suka bermain-main, baginya akan sayang jika setetes saja darah berharga Virgo menetes sia-sia. Yuya benar-benar menyukai bagian yang berdenyut atau berdetak kencang, seperti dada kiri karena sangat dekat dengan jantung. Tiap detakan menyemburkan darah lebih kuat kerongga mulutnya, baginya itu sangat menyenangkan.
“Berhenti..kumohon, aaaaakh, sakit sekali..hentikan”.
Si mesum ini menyukai saat korbannya meronta, semakin kencang teriakannya, semakin Yuya berselera.
“Hmm..Virgo memang jelas berbeda”. Gumamnya sambil menjilat sisa darah dibawah bibirnya.
Saat tiba giliran Yabu, dia akan melakukannya dengan cara sangat bangsawan. Dia menerkam korbannya dari belakang, mengincar nadi di leher yang mengeluarkan aroma paling tajam, nadi paling besar dan tebal. Inoo tipe pencemburu, ia bisa sangat tidak suka dengan cara bangsawan Yabu yang terlebih dahulu menghirup dalam-dalam aroma Virgo, menciumi bahunya perlahan lalu naik hingga leher, menancapkan taringnya setenang teratai air, memastikan korbannya tidak terluka, lalu menghisapnya hingga puas. Lebih lama dari Yuya dan Yamada, pemimpin berhak mendapatkan porsi lebih, dan Yabu memang harus mendapat porsi lebih karena suatu keharusan ‘berbagi darah’ dengan Inoo, si setengah vampire.
---
The Half Vampire
“Menjijikan..!”. Ujarnya sembari hendak melangkah pergi. Tentu tak cukup cepat daripada Yabu yang dengan tangkas memegang pergelangan tangan Inoo untuk menghentikannya.
“Mau kemana? Berfikir untuk kembali ke masa lalumu? Kau tak bisa hidup tanpaku, ingat?Kau harus minum dari darahku, ingat?. Duduk dan tenanglah”.
Inoo diam. Tentu karena ia tak bisa berkata apa-apa.
Setengah vampire sudah pasti adalah setengah manusia. Dan layaknya penduduk Negara yang menggunakan 2 mata uang, mereka memiliki kebutuhan atas keduanya. Makanan dan darah, cahaya dan kegelapan, perhatian dan kesendirian. Setengah vampire seperti Inoo bisa jadi lahir karena hubungan terlarang vampire dan manusia yang terjebak cinta. Anak yang lahir dari hubungan ini akan berubah menjadi setengah vampire saat menginjak usia 19 tahun. Darahnya berubah dingin dan mulai menginginkan darah, walaupun setengah vampire tidak bisa mengkonsumsi darah secara langsung. Mereka harus mendapat ‘suntikan’ dari vampire yang pertama kali melakukan ritual ‘pertukaran darah’ dengannya. Dalam kasus ini, darah Yabu-lah yang mengalir dan menghidupi raganya. Dia harus terus bergantung pada Yabu untuk tetap hidup.
Setengah vampire akan terus melemah jika tak mendapatkan darah. Keberadaan setengah vampire berhubungan langsung dengan seluruh kaum vampire. Melemahnya tubuh setengah vampire dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kekuatan para vampire. Inilah kenapa setengah vampire diangap merepotkan. Dia memegang kunci kelangsungan keberadaan para vampire. Sebagai seorang pemimpin, Yabu merasa dirinya yang paling wajib untuk menjaga benang merah para vampire walau harus selalu berbagi darah dengan Inoo. Konsekuensinya adalah, dia akanmenjadi vampire yang paling tak berdaya saat keadaan Inoo melemah. Anggap saja Yabu bertindak sebagai penebus dosa vampire ceroboh yang menghamili seorang manusia.
“Aku tak mau makan malam”. Protes Inoo.
“Jangan macam-macam..! ini purnama, kau akan merepotkan kami semua.!”. Bentak Yuya
“Setengah vampire memang merepotkan”. Tambah Yamada.
“Kalian semua diamlah”. Potong Yabu. “Inoo, jangan macam-macam. Kau akan makan malam ini, jangan seret aku kedalam masalah, ada kewajiban yang harus kupenuhi sebagai pemimpin. Berikan aku lehermu”.
Inoo menggeleng mantap.
“Kau..”. Tanpa banyak bicara, Yabu mendesak Inoo hingga terhimpit ke sudut ruangan, memaksanya sedemikian rupa hingga leher Inoo terbuka bebas, dia mencari nadi tertebal untuk menyuntikkan darahnya ke tubuh Inoo. Sejak awal taringnya menembus nadi Inoo, dan darah Yabu mengalir ke tubunya, semua vampire dipelosok negeri ini seolah terlahir kembali. Disinilah setengah vampire dianggap berguna untuk menyalurkan energy dari sang pemimpin kepada semua kaumnya. Apalagi menu malam ini adalah Virgo, bayangkan betapa seluruh vampire hingga kasta terendah dapat merasakan energi dari darah Virgo mengalir hingga ke ujung jari, sungguh sensasi purnama yang ditunggu. Semua vampire lantas mengagungkan nama Yabu.
“Egois sekali, kau jelas suka cara bangsawanku saat kulakukan padamu, tapi selalu marah saat kulakukan ke orang lain”.
“Hey, pak pemimpin penebus dosa”. Hardik Yamada. “Lakukan lanjutannya ditempat lain. Kau tidak mau vampire muda sepertiku melihat hal seperti itu,kan?. Jadilah kakak yang baik”.
Yabu menghela nafas. Sedikit sebal karena Yamada menganggu kesenangannya.
“masuklah ke peti-ku malam ini, aku akan menyusul setelah menemui dewan besar vampire”.
Inoo menurut saja,
“Yuya, pastikan Daiki bangun sebelum matahari terbit, suruh ia memberi makan cukup pada Virgo itu”. Perintah Yabu.
“Dan kau vampire muda, jangan hanya bisa berburu, kau harus belajar menghadapi dewan di rapat purnama, ikut aku”.
“Malasnya…! Aku tidak cocok dengan lingkungan seperti itu. Aku akan ngobrol saja dengan Virgo ini, aku yang sudah menjaganya bertahun-tahun, bolehkan?”.
“Terserahlah”.
---
*TBC*
NB : Virgo disini diambil dari kata 'Virgin' , tp virginnya sampe kedalem-dalem hati gitu maksudnya hehe. Dan kenapa saya pilih Chinen jd Virgo adalah karena Chii darahnya AB, kesannya kan jarang gitu, jd lebih special, dan Chii punya wajah 'memelas' yang cocok banget jadi Virgo.
Silahkan bertanya dimana Hika? kok ga nongol?. Nanti..di chapter selanjutnya, seperti khasnya saya, akan ada trion segitiga cemerlang HikaBuNoo kok. Ditunggu aja..
Disini pairingnya nyari sendiri, banyak soalnya, bisa comot sana sini kok hehehe.
Label:
+17,
Boys Love,
Drama,
ero,
Fanfiction,
Gore,
Hey Say JUMP,
Multi Chapter,
Supernatural,
Vampire,
Virgo Blood
Selasa, 26 Februari 2013
[Hey Say JUMP fan-fiction] OkaMori : Rindu Rangkulan
Title : Rindu Rangkulan
Cast : Morimoto Shintaro, Okamoto Keito and Morimoto Shintaro
Author : Suci Rahayu
Narrator : Morimoto Ryutaro
Disclaimer : I just own the plot
Genre : pairing, one-shot, friendship.
Aku merindukan tangan yang selalu merangkul pundakku, aku menginginkan itu kembali. Tapi 2 tahun sudah cukup untuk menghilangkan harapanku.
---
Aku tak pernah menyangka bahwa 2 tahun akan terasa lama dalam hidupku. 2 tahun dulu dan sekarang begitu berbeda, 2 tahun disisinya, dalam rangkulannya, dengan semua suara memuja, terasa begitu cepat berlalu. 2 tahun dalam kesendirian, keadaan yang terabaikan dan suara-suara memanggil kembali yang tak bisa kujawab, bahkan untuk sekedar menoleh. Tapi suara memanggil yang kuinginkan sebenarnya hanyalah suaranya, walaupun sampai sekarang tak kunjung kudengar. Apa kau mengabaikanku? Aku menunggumu merindukanku..apa 2 tahun tak cukup lama bagimu? Atau kau memang benar-benar telah mengabaikanku?. Nee, Keito..
---
Kubuka malas majalah diruang tengah. Hanya membuka-bukanya tanpa memperhatikan isinya. Jariku berhenti dengan ngilu pada suatu halaman, disusul rasa sesak tiba-tiba memenuhi dada.
“9, huh? Kau terlihat tidak keberatan soal itu dan okajima-okajima-an mu itu”. Gumamku
Rasa sakit itu masih menderu. Ibarat peluru yang menembus lebih dalam ke inti hidupku, tidak ada darah, tapi meninggalkan lebam biru yang kian menghitam. Mereka tak pernah mengungkiku lagi, di interview, atau dimanapun. Mereka tidak terlihat kehilanganku sejak saat itu. Tak peduli atau sudah lupa, aku tak tau yang mana.
“Kalau disitu cuma ada fotoku. Kalau mau lihat fotomu..ada dimajalah ini”. Kata adikku sambil membanting majalah kusut kedepanku.
“Apa masalahmu, Shintaro..!!”. Bentakku marah. Seperti biasa, dia tak akan menggubris dan hanya berlenggang santai kembali kekamarnya. Dia selalu membuatku marah.
Majalah itu. Kupungut perlahan. Aku tak paham mengapa aku masih menyimpannya walaupun aku tak pernah sanggup kembali melihat diriku sendiri dengan berita yang menghancurkan itu.
Aku ingat benar bagaimana Yuya membanting majalah itu kedepanku saat aku dan Keito sedang bermain PS. Persis seperti yang barusan Shintaro lakukan.
Semua berkerumun melihat isi majalah itu, yang isinya sangat membungkam mereka.
“Majalah ini tidak terlihat bohong, Ryuu. Tapi aku sangat berharap ini bohong”. Ujar Chinen polos.
Aku menggeleng, lalu hanya bisa tertunduk. Mereka semua memarahiku, sebagai si bungsu yang tak tau diri melakukan sesuatu seenanknya tanpa memikirkan yang lain, dan si kecil sok dewasa yang melakukan hal konyol. Memang salahku, karena itulah aku tak melayangkan bantahan sama sekali. Sekarang aku ingat kenapa aku menyimpan majalah itu, agar kejadian ini dapat menamparku setiap saat.
Paling menyakitkan saat mengingat bagaimana sang ayah JUMP menepuk pundakku dengan suara bergetar berkata “Bersiaplah untuk segala hal, berjuanglah atas apapun yang akan kau jalani”. Sementara aku dapat melihat Inoo terisak dan member lain memasang muka masam.
Hanya orang itu yang diam. Tak satupun kata keluar kecuali guratan kecewa dan takut di ujung matanya. Keito samasekali tak memandang kearahku, bakan ia tak membaca majalah itu. Maaf, semua rasa bersalahku karena mengecewakanmu.
“Teme..!!” Teriakku. Tak tahan lagi, kurobek halaman yang menampakan si bodoh aku sedang merokok. Kuremas gemas dan frustasi.
Aku keluar begitu saja setelah sebelumnya menyambar jaket hoodie dan scarf ku.
“Nii-san, kau mau kemana? Apa kau marah padaku? Nii-san maafkan aku..nii-san”. Shintaro memanggil dari kejauhan, aku tau dia masih mengkhawatirkanku walau sering membuatku marah. Tapi aku memilih untuk tak menoleh, mengencangkan hoodieku dan menaikan scarfku, memastikan penyamaranku sempurna.
Langkahku besar dan cepat, jantung yang marah ini yang memacu darahku mengalir lebih cepat dan lebih panas. Otakku sedang tak bekerja, aku tak tau lagi kemana atau dimana aku berpijak sekarang ini.
Deg! aku terkaget saat kurasakan pundakku ditepuk oleh seseorang, cukup keras, lebih seperti meremas. Membuatku spontan memutar tubuhku untuk melihat orang itu.
Kupikir itu Shintaro.
Tiba-tiba tubuhku merasakan kehangatan luar biasa yang pernah kukenal. Lengan-lengan yang memelukku erat, bahu ternyaman untuk bersandar. Aroma tubuh yang menenangkan. Siapa? Apa itu kau?. Tolong, aku tak berani menebak.
“Ryuu..aku sangat merindukanmu”
Tak sadar air mataku menetes mengotori bajunya. Aku masih tak berani menerka, tapi kehangatan seperti ini hanyalah milik orang itu. Kurasakan tulang dalam tubuhku seperti meleleh tiba-tiba. Menggigil ketakutan ditengah lengan-lengan kuat yang melingkat ketubuhku.
“Hey, kau benar-benar Ryuu,kan? Kau kurusan ya? Katakanlah sesuatu”. Lengan itu melepaskan pelukannya untuk melihat wajahku lebih jelas, membuka hoodieku dan menurunkan scarfku. Sehingga kami lebih jelas melihat satu sama lain.
Jangan katakana apa-apa. Tolong peluk aku lagi.
Dia memanggil namaku sekali lagi, dengan nada tak percaya dan suara yang hampir menangis. Kurasakan tangannya memenuhi pipiku. Jari-jarinya aktif bergerak menyapu air mataku yang kian deras.
“Ke..Keito-kun”
Dia lalu memelukku lebih erat lagi.
-END-
Cast : Morimoto Shintaro, Okamoto Keito and Morimoto Shintaro
Author : Suci Rahayu
Narrator : Morimoto Ryutaro
Disclaimer : I just own the plot
Genre : pairing, one-shot, friendship.
Aku merindukan tangan yang selalu merangkul pundakku, aku menginginkan itu kembali. Tapi 2 tahun sudah cukup untuk menghilangkan harapanku.
---
Aku tak pernah menyangka bahwa 2 tahun akan terasa lama dalam hidupku. 2 tahun dulu dan sekarang begitu berbeda, 2 tahun disisinya, dalam rangkulannya, dengan semua suara memuja, terasa begitu cepat berlalu. 2 tahun dalam kesendirian, keadaan yang terabaikan dan suara-suara memanggil kembali yang tak bisa kujawab, bahkan untuk sekedar menoleh. Tapi suara memanggil yang kuinginkan sebenarnya hanyalah suaranya, walaupun sampai sekarang tak kunjung kudengar. Apa kau mengabaikanku? Aku menunggumu merindukanku..apa 2 tahun tak cukup lama bagimu? Atau kau memang benar-benar telah mengabaikanku?. Nee, Keito..
---
Kubuka malas majalah diruang tengah. Hanya membuka-bukanya tanpa memperhatikan isinya. Jariku berhenti dengan ngilu pada suatu halaman, disusul rasa sesak tiba-tiba memenuhi dada.
“9, huh? Kau terlihat tidak keberatan soal itu dan okajima-okajima-an mu itu”. Gumamku
Rasa sakit itu masih menderu. Ibarat peluru yang menembus lebih dalam ke inti hidupku, tidak ada darah, tapi meninggalkan lebam biru yang kian menghitam. Mereka tak pernah mengungkiku lagi, di interview, atau dimanapun. Mereka tidak terlihat kehilanganku sejak saat itu. Tak peduli atau sudah lupa, aku tak tau yang mana.
“Kalau disitu cuma ada fotoku. Kalau mau lihat fotomu..ada dimajalah ini”. Kata adikku sambil membanting majalah kusut kedepanku.
“Apa masalahmu, Shintaro..!!”. Bentakku marah. Seperti biasa, dia tak akan menggubris dan hanya berlenggang santai kembali kekamarnya. Dia selalu membuatku marah.
Majalah itu. Kupungut perlahan. Aku tak paham mengapa aku masih menyimpannya walaupun aku tak pernah sanggup kembali melihat diriku sendiri dengan berita yang menghancurkan itu.
Aku ingat benar bagaimana Yuya membanting majalah itu kedepanku saat aku dan Keito sedang bermain PS. Persis seperti yang barusan Shintaro lakukan.
Semua berkerumun melihat isi majalah itu, yang isinya sangat membungkam mereka.
“Majalah ini tidak terlihat bohong, Ryuu. Tapi aku sangat berharap ini bohong”. Ujar Chinen polos.
Aku menggeleng, lalu hanya bisa tertunduk. Mereka semua memarahiku, sebagai si bungsu yang tak tau diri melakukan sesuatu seenanknya tanpa memikirkan yang lain, dan si kecil sok dewasa yang melakukan hal konyol. Memang salahku, karena itulah aku tak melayangkan bantahan sama sekali. Sekarang aku ingat kenapa aku menyimpan majalah itu, agar kejadian ini dapat menamparku setiap saat.
Paling menyakitkan saat mengingat bagaimana sang ayah JUMP menepuk pundakku dengan suara bergetar berkata “Bersiaplah untuk segala hal, berjuanglah atas apapun yang akan kau jalani”. Sementara aku dapat melihat Inoo terisak dan member lain memasang muka masam.
Hanya orang itu yang diam. Tak satupun kata keluar kecuali guratan kecewa dan takut di ujung matanya. Keito samasekali tak memandang kearahku, bakan ia tak membaca majalah itu. Maaf, semua rasa bersalahku karena mengecewakanmu.
“Teme..!!” Teriakku. Tak tahan lagi, kurobek halaman yang menampakan si bodoh aku sedang merokok. Kuremas gemas dan frustasi.
Aku keluar begitu saja setelah sebelumnya menyambar jaket hoodie dan scarf ku.
“Nii-san, kau mau kemana? Apa kau marah padaku? Nii-san maafkan aku..nii-san”. Shintaro memanggil dari kejauhan, aku tau dia masih mengkhawatirkanku walau sering membuatku marah. Tapi aku memilih untuk tak menoleh, mengencangkan hoodieku dan menaikan scarfku, memastikan penyamaranku sempurna.
Langkahku besar dan cepat, jantung yang marah ini yang memacu darahku mengalir lebih cepat dan lebih panas. Otakku sedang tak bekerja, aku tak tau lagi kemana atau dimana aku berpijak sekarang ini.
Deg! aku terkaget saat kurasakan pundakku ditepuk oleh seseorang, cukup keras, lebih seperti meremas. Membuatku spontan memutar tubuhku untuk melihat orang itu.
Kupikir itu Shintaro.
Tiba-tiba tubuhku merasakan kehangatan luar biasa yang pernah kukenal. Lengan-lengan yang memelukku erat, bahu ternyaman untuk bersandar. Aroma tubuh yang menenangkan. Siapa? Apa itu kau?. Tolong, aku tak berani menebak.
“Ryuu..aku sangat merindukanmu”
Tak sadar air mataku menetes mengotori bajunya. Aku masih tak berani menerka, tapi kehangatan seperti ini hanyalah milik orang itu. Kurasakan tulang dalam tubuhku seperti meleleh tiba-tiba. Menggigil ketakutan ditengah lengan-lengan kuat yang melingkat ketubuhku.
“Hey, kau benar-benar Ryuu,kan? Kau kurusan ya? Katakanlah sesuatu”. Lengan itu melepaskan pelukannya untuk melihat wajahku lebih jelas, membuka hoodieku dan menurunkan scarfku. Sehingga kami lebih jelas melihat satu sama lain.
Jangan katakana apa-apa. Tolong peluk aku lagi.
Dia memanggil namaku sekali lagi, dengan nada tak percaya dan suara yang hampir menangis. Kurasakan tangannya memenuhi pipiku. Jari-jarinya aktif bergerak menyapu air mataku yang kian deras.
“Ke..Keito-kun”
Dia lalu memelukku lebih erat lagi.
-END-
Langganan:
Postingan (Atom)